Itu baru dilihat dari segi materi, belum termasuk waktu. Pasalnya tipikal pacaran tanpa kejelasan tujuan demikian jelas "memboroskan" waktu. Yang dirugikan jelas pihak perempuan. Pasalnya, perempuan bisa merasa jengah dan gerah manakala belum kunjung dilamar oleh kekasihnya.
Apalagi, perempuan juga punya ritme reproduksi yang terbatas. Pada umur empat puluhan saja, sudah ada wanita yang mengalami menopause. Bisa dibayangkan betapa sulitnya situasi yang dialami pihak perempuan yang ingin memiliki momongan tetapi belum kunjung resmi menjadi seorang istri.
Menentukan tujuan sejak pacaran
Untuk itulah sejak menjalani masa pacaran, obrolan seputar penikahan perlu sering dibangun. Hal itu bertujuan mengingatkan masing-masing pihak pada tujuan mereka berpacaran.
Sebut saja cerita teman saya yang lain. Sewaktu makan bakso bersamanya beberapa minggu lalu, dia sempat mengisahkan bahwa dia dan pasangannya sudah membuat komitmen untuk menyisihkan uang dua juta rupiah setiap bulan untuk "modal" nikah. Pasalnya, mereka berencana melangsungkan pernikahan tiga tahun ke depan alias pada tahun 2020. Jadi, kalau komitmen itu serius dilaksanakan, akan terkumpul uang 144 juta rupiah. Jumlah uang yang sangat cukup buat melaksakan pesta pernikahan di gedung.
Makanya, dari situ, masa pacaran yang mereka jalani dapat berlangsung jauh lebih efisien dijalani sebab sudah ada kejelasan tujuan. Yang tersisa hanya keteguhan dari masing-masing pihak dalam menghayati komitmen yang sudah dibuat.
Sekiranya, kalau menggunakan cara demikian, setiap pasangan yang menjalani masa pacaran dapat terhindar dari "jebakan" romantika yang sulit diprediksi. Masa pacaran pun dapat berlangsung lebih efisien. Dengan demikian, mereka bisa berjalan bersama menuju pelaminan, sebagaimana kedua teman saya.
Salam
Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H