Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerokan, "Seni" Pengobatan Tradisional yang Tokcer Menangkal Masuk Angin

26 November 2017   21:01 Diperbarui: 26 November 2017   22:18 2764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
acara nagkring kompasiana bersama balsem lang di hotel shantika premiere, pada tanggal 25 oktober 2017 (sumber: dokumentasi pribadi)

Sebagaimana diketahui, pengobatan lewat "teknik" kerokan sebetulnya telah berlangsung lama. Seni pengobatan tradisional itu awalnya sudah dikenal dan diterapkan di Negeri Tiongkok. Jadi, orang-orang Tionghoa dulunya ternyata suka dikerok juga di sana. Hahahahahahahahaha.

Hal itu diamini juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS), Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo,dr, PAK, MM, M.Kes. sewaktu saya datang menghadiri pemaparannya dalam acara Nangkring Kompasiana bersama Balsem Lang, di Hotel Shantika Premiere, Palmerah, pada tanggal 25 Oktober lalu.

Menurut Prof. Didik, sesudah "melanglang" buana, seni pengobatan itu kemudian menjadi terkenal di Jawa dan terus "melegenda" dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

prof. didik menjelaskan sejarah dan khasiat kerokan (sumber: dokumentasi pribadi)
prof. didik menjelaskan sejarah dan khasiat kerokan (sumber: dokumentasi pribadi)
Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian ilmiah Prof. Didik, kerokan memang paling "manjur" mengatasi masukangin. Mengapa bisa terjadi demikian? Semua itu terjadi karena pola kerokan sesuai dengan "titik-titik akupuntur" di punggung.

Berdasarkan hasil penelitian ilmiahnya, pola tersebut ternyata menciptakan efek relaksasi dan memperlancar aliran energi di tubuh. Makanya, setelah selesai dikerok, badan yang sebelumnya terasa berat seperti ditindih beban bisa lebih "ringan" seperti sediakala.

Namun demikian, Prof. Didik mewanti-wanti bahwa bagian depan tubuh "tidak boleh" dikerok. Pasalnya, di situ, terdapat pembuluh darah dan syaraf yang penting. Makanya, kalau dikerok, fungsi syaraf bisa terganggu.

Informasi itu jelas penting terutama bagi orang-orang yang "hobi" melakukan kerokan di dada dan leher. Makanya, mulai sekarang, "hobi" demikian sudah seharusnya ditinggalkan demi kesehatan dan keselamatan. Jangan sampai timbul penyakit baru manakala kita terbiasa mengerok tubuh bagian depan.

Selain itu, kita juga mesti mempertimbangkan pilihan balsem. Sewaktu dikerok, papa saya mengoleskan Balsem Lang tipis-tipis di punggung. Sebab, menurut papa saya, dengan sedikit olesan saja, panas yang ditimbulkan sudah cukup menghangatkan kulit.

Apalagi, ada aromaterapi yang tercium manakala papa saya mengoleskannya. Makanya, efek yang ditimbulkan terasa menentramkan dan menyegarkan hati, tidak seperti balsem lain yang aromanya "eksentrik" khas orangtua (baca: nenek-nenek). Hahahahahahahahaha.

balsem lang punya keunggulan lebih cepat hangat di kulit dan penuh aroma terapi (sumber: dokumentasi pribadi)
balsem lang punya keunggulan lebih cepat hangat di kulit dan penuh aroma terapi (sumber: dokumentasi pribadi)
Sewaktu menulis artikel itu, hangat yang ditimbulkan Balsam Lang masih terasa. Padahal, sudah sejam yang lalu saya dikerok. Kini, gejala mual yang saya alami sudah jauh berkurang. Tanda bahwa masukangin berangsur-angsur lenyap, dan tubuh pun kembali sehat.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun