“Ya, saya memberinya.”
“Kemudian, kalau mereka enggan menyantap hidangan itu, apa yang akan Anda lakukan?”
“Saya akan menyimpannya lagi.”
“Demikianlah petapa! Sebagaimana seorang tuan rumah yang menyediakan santapan untuk tamunya, Anda tadi memberi saya caci-maki. Namun, saya enggan menerimanya sedikit pun! Jadi, simpanlah kembali semua caci-maki itu untuk diri Anda sendiri, petapa!”
Makjleb!
Walaupun cerita di atas menjelaskan cara untuk mengatasi kemarahan diri sendiri dan kemarahan orang lain secara lebih elegan, dalam praktiknya, cara tersebut jelas bukan hal yang gampang dilakukan.
Apalagi, kalau kita terbiasa mengungkapkan kemarahan secara blak-blakan, butuh latihan yang jauh lebih lama dan lebih panjang.
Namun demikian, coretan di pintu belakang sebuah truk yang pernah saya baca barangkali bisa menjadi bahan renuangan: “Kendalikan amarahmu, sebelum amarahmu mengendalikanmu!”
Salam.
Adica Wirawan, founder Gerairasa.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H