Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ingin Tetap "Sehat" Tanpa Harus Pergi ke Gym atau CFD? Meditasi saja!

21 September 2016   07:30 Diperbarui: 21 September 2016   07:37 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam, sewaktu saya tengah menjalani sesi maditasi jalan, kesadaran saya terasa sangat awas seperti nyala lampu senter, sehingga saya dapat menyadari pergerakan aliran alam di sekitar saya. Telinga saya dapat mendengar jelas suara katak yang bernyanyi, suara gemericik air yang tenang, dan semilir angin yang menyisir ilalang di halaman wisma. Saya duduk sejenak untuk melepas penat di sebuah bangku keramik dan melihat sebuah pemandangan yang luar biasa. Langit tampak sangat bersih dan milyaran bintang berkedip terang di angkasa raya. Semua itu ibarat simfoni alam yang jarang sekali saya perhatikan. Sebuah simfoni yang hanya bisa dicerap oleh kesadaran yang betul-betul tajam lewat proses meditasi yang intens.

Saya memang sedang mengikuti retret meditasi selama tiga hari di kawasan Gunung Geulis, Bogor. Kawasan tersebut memang sunyi, jauh dari pemukiman dan keramaian, sehingga sangat cocok untuk melatih kesadaran. Saya menginap di sebuah wisma bersama tiga puluh peserta lainnya, yang berasal dari berbagai tempat, seperti Jakarta dan Bekasi. Mayoritas sudah berusia lanjut, tetapi saya melihat beberapa anak muda pun ikut serta dalam acara tersebut.

Bagi kami, acara retret itu menjadi momen yang tepat untuk “meliburkan” badan dan batin kami dari tetek-bengek duniawi. Ibarat sebuah handphone, lewat acara itu, kami mengisi kembali “baterai” batin, yang sudah low akibat terpaan persoalan hidup sehari-hari. Jadi, sewaktu pulang ke rumah masing-masing dan menjalankan kegiatan seperti biasa, kami mampu menghadapi permasalahan yang muncul tanpa harus menguras banyak emosi.

Setiap harinya, kami menghabiskan waktu sekitar delapan jam untuk bermeditasi. Sesi meditasi yang kami jalani terbagi atas dua jenis, yaitu meditasi duduk dan meditasi jalan. Setiap sesi meditasi berdurasi setengah jam. Jadi, meditasi duduk dilakukan sekitar setengah jam, kemudian dilanjutkan meditasi jalan selama setengah jam. Demikian seterusnya sampai beberapa sesi.

Sejujurnya, sewaktu menjalani meditasi duduk, saya mendapat sejumlah tantangan. Pada tahap awal, saya mengalami kesulitan terutama saat menyesuaikan postur tubuh dalam bermeditasi. Saya harus duduk bersila di atas bantal. Posisi tulang punggung tetap tegak dan santai. Mata dipejamkan untuk meningkatkan konsentrasi. Guru pembimbing kemudian meminta kami untuk memusatkan perhatian pada jasa kebajikan yang pernah kami lakukan. Kami diminta mengenang kembali kebaikan yang pernah kami perbuat. Hal itu bertujuan membangkitkan perasaan sukacita, yang menjadi kunci sukses dalam bermeditasi. Bukankah kita merasa gembira sewaktu mengenang perbuatan baik yang pernah kita lakukan kepada orang lain?

Saya teringat pernah membantu seorang siswa menyeberang jalan. Saat membuka pintu pagar, saya melihat seorang anak berdiri diam di tepi jalan raya. Ia terlihat takut menyeberang jalan lantaran kendaraan yang lewat melaju dengan kecepatan tinggi. Maklum saja. Pada pagi hari, orang-orang umumnya berkendara dengan cepat lantaran terburu-buru pergi ke kantor. Tidak ada seorang pun datang membantu menyeberangkan anak itu. Maka, saya pun merasa tergerak menolongnya. Saya mendekatinya, lalu menggandeng tangannya, dan menyeberangkannya. Anak itu tersenyum kepada saya. “Terima kasih,” katanya dengan suara ramah. Walaupun sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, saya masih bisa melihat senyumnya dan mendengar suaranya. Alangkah bahagianya!

Dengan mengenang pengalaman sederhana seperti itu, kami belajar “merumahkan” pikiran lewat meditasi duduk. Pikiran itu memang sering melompat dan mengembara sesuka hari. Pada satu detik pikiran masih terpaku pada persoalan kantor. Namun, pada detik berikutnya, ia sudah berpindah memikirkan hal lainnya. Pikiran seperti itulah yang lebih banyak menimbulkan emosi negatif, seperti stres, galau, marah, takut, dan sedih. Untuk mengendalikan semua emosi yang merusak kedamaian batin itu, kita perlu belajar “merumahkan” pikiran dengan mengenang jasa kebajikan yang pernah dilakukan. Suasana batin yang diliputi sukacita membikin pikiran “betah” tinggal di dalamnya.

Meditasi Duduk Dilakukan dengan Merenungkan Kebaikan yang Pernah Dilakukan untuk Membangkitkan Sukacita/ dokumentasi pribadi
Meditasi Duduk Dilakukan dengan Merenungkan Kebaikan yang Pernah Dilakukan untuk Membangkitkan Sukacita/ dokumentasi pribadi
Setelah sesi meditasi duduk selesai, kami lanjut ke meditasi jalan. Saya memilih melakukan meditasi jalan di luar ruangan. Saya memutuskan bermeditasi jalan di pelataran sehingga saya dapat lebih “menyatu” dengan alam hijau sekitar. Meditasi jalan dilakukan dengan berjalan mondar-mandir di sebuah perlintasan yang ditentukan. Sewaktu berjalan, kita mengamati setiap langkah yang diambil. Kita cukup berjalan secara wajar dan sadar atas setiap gerakan kaki. Saat melangkahkan kaki kanan, kita menyadarinya. Sebaliknya, ketika mengayunkan kaki kiri, kita pun mengamatinya. Setiap langkah kaki dilakukan secara sadar.

Menurut saya pribadi, meditasi jalan memberi banyak manfaat. Selain melatih konsentrasi, tubuh pun menjadi lebih bugar. Apalagi kalau kita mempunyai masalah pada pencernaan, meditasi jalan dapat membantu mengatasi persoalan tersebut lantaran aktivitas itu membantu proses metabolisme di tubuh. Jadi, dengan rutin melakukan meditasi jalan, selain memperoleh sukacita di dalam batin, kita pun akan mendapat tubuh yang sehat.

Meditasi Jalan Dilaksanakan dengan Mengamati Setiap Gerakan Langkah Kaki/ dokumentasi pribadi
Meditasi Jalan Dilaksanakan dengan Mengamati Setiap Gerakan Langkah Kaki/ dokumentasi pribadi
Manfaat lain dari meditasi dapat ditemukan di beberapa referensi kesehatan. Dalam buku Menurunkan Tekanan Darah, misalnya, Aggie Casey, R.N., M.S. dan Herbert Benson, M.D. menjelaskan bahwa meditasi dapat menciptakan respon relaksasi, yang menjadi penangkal stres. Dengan melakukan meditasi, kadar stres yang dialami oleh seseorang dapat dikurangi sehingga potensi timbulnya penyakit yang dipicu oleh stres, seperti darah tinggi dan penyakit jantung, bisa diminimalkan.

Sementara itu, dalam buku Healing From The Heart, Mehmet C. Oz, M.D. menerangkan bahwa meditasi mampu membantu proses penyembuhan pasien di rumah sakit. Meditasi sudah menjadi pengobatan komplementer yang dapat memulihkan kesehatan fisik dan mental pasien. “Semua pasien saya diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah kelas meditasi selama mereka dirawat di rumah sakit setelah dioperasi, untuk membantu mereka mengatasi stres dan nyeri yang barangkali mereka alami, serta untuk membantu mereka sembuh lebih cepat,” tulis Oz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun