Ibarat arisan berantai, “tradisi” kondangan seperti itu tampaknya akan terus berlangsung untuk waktu yang lama. Semua itu terjadi lantaran tradisi itu didasari oleh Fenomena Timbal-Balik. Sebuah fenomena yang sudah mendarah-daging dalam kehidupan manusia.
Karena menciptakan lebih banyak efek positif, seperti kebersamaan, tenggang rasa, dan kekeluargaan, sudah seharusnya tradisi itu dilestarikan terutama oleh masyarakat Tionghoa sendiri. Dengan demikian, semangat kekeluargaan yang terdapat di dalamnya dapat bertahan di tengah kehidupan masyarakat yang cenderung individualis seperti sekarang ini.
Tulisan sebelumnya: Siapakah Yang “Terpincut” Berinvestasi di Hulu Migas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H