Medali perak yang diperlihatkan oleh Eko Yuli Irawan terlihat berkilauan tertimpa cahaya lampu vanue dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016 cabang angkat besi.
Itu adalah prestasi yang sukses ditorehkan oleh Eko. Lelaki asal Lampung yang turun di kelas 62 kilogram itu memperoleh medali tersebut setelah berhasil mengangkat total beban seberat 312 kilogram.
Prestasi Eko tentunya jauh lebih baik dari dua olimpiade sebelumnya, yaitu Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012. Pada kedua olimpiade tersebut, ia sukses mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia.
Namun demikian, pada olimpiade kali ini, walaupun mengangkat beban yang lebih “ringan” daripada sebelumnya, ia mampu memperbaiki catatan prestasinya. "Saya bersyukur bisa mendapat medali perak. Dari segi medali, hasilnya lebih bagus dibandingkan Olimpiade sebelumnya, walau dari jumlah total angkatan menurun," kata Eko Yuli, seperti dikutip pada laman Kompas.com (Sumber: “Kisah 3 Medali Eko Yuli”, www.kompas.com).
Banyak kalangan yang turut bersukacita atas prestasi tersebut, termasuk Presiden Joko Widodo. Dalam akun twitternya, presiden jokowi menyampaikan ucapan selamat atas perolehan medali perak itu. "Alhamdulillah, nambah lagi medali perak di Olimpiade Rio 2016. Eko Yuli Irawan di cabang angkat besi. Ayo, atlet Indonesia semangat!" tulis Presiden. (Sumber: “Eko Yuli Irawan Ingin Raih Emas di Olimpiade 2020”, www.bbc.com)
Prestasi tersebut merupakan buah persiapan yang dilakukan oleh Eko sebelum tampil di olimpiade. Dengan latihan yang intens, Eko dan rekan-rekan sesama lifter “menempa” fisik dan mental supaya mampu meraih target perolehan medali.
Bahkan, sebelum tampil di olimpiade, Eko dan rekan-rekan harus menjalani pemusatan latihan terakhir di Cape Town, Afrika Selatan, untuk membiasakan diri dengan suasana di Brasil. Cape Town dinilai mempunyai kondisi lingkungan yang mirip dengan Rio de Janeiro sehingga para atlet dapat belajar beradaptasi dengan situasi lingkungan sewaktu menjalani pertandingan olimpiade.
Selain itu, jarak perjalanan dari Afrika Selatan ke Brasil juga jauh lebih dekat. “Dari ke Cape Town (ke Brasil) sekitar lima jam; kalau (dari Indonesia) ke Brasil bisa sepuluh jam,” tutur Alamsyah Wijaya, Manajer Tim Angkat Besi Indonesia, menjelaskan alasan untuk menghemat waktu tempuh.
Latihan keras yang dijalani oleh Eko dan kawan-kawan pun akhirnya terbayarkan. Sampai tulisan ini dibuat, olahraga angkat besi sudah menyumbang dua medali untuk indonesia.
Belajar dari Eko Yuli Irawan
Dari kisah Eko tentunya kita dapat memetik sebuah hikmah bahwa untuk mencapai suatu tujuan, kita harus melakukan sejumlah persiapan. Walaupun bukan sebuah jaminan, persiapan yang mantap akan membuka “pintu” bagi lebih banyak kesempatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.