Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sebuah Teks Refleksi Atas Sebuah Teks

22 Oktober 2014   15:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:08 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 21-24 Oktober 2014, saya mengikuti penyuluhan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia di Hotel Grand Cikarang. Acara yang dihadiri sekitar 120 guru bahasa Indonesia dari tingkat SMP sampai SMA tersebut diprakarsai oleh Badan Pengembangan Bahasa yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, yang memang dapat memaparkan konsep dan penerapan pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 di kelas.

Materi pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 tampak berbeda dengan materi pada kurikulum sebelumnya. Kalau pada kurikulum sebelumnya, siswa diharapkan mempunyai kompetensi berbahasa dengan baik, pada kurikulum 2013, siswa harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan memproduksi teks yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, mata pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 lebih berpusat pada teks.

Pada saat mendengar kata teks, tentunya kita akan langsung terbayang sebuah sumber bacaan. Saya pun mengira demikian karena selama ini, berdasarkan informasi yang saya peroleh, teks selalu mengacu pada sumber bacaan, seperti tulisan di koran, surat elektronik, dan pesan sms. Memang betul bahwa sumber bacaan itu termasuk teks, tetapi itu hanya lingkup kecil dari konsep teks yang sesungguhnya.

Secara sederhana, teks dapat dapat diartikan sebagai semua simbol berbahasa yang dapat dimaknai secara kontekstual. Berdasarkan konsep tersebut, lingkup kontes menjadi lebih luas karena melibatkan bentuk tulis dan bentuk lisan. Jadi, pada saat kita bercerita tentang peristiwa yang kita alami kepada seorang teman, kita menggunakan suatu teks dalam pembicaraan tersebut. Pada seorang atasan memberi bawahannya instruksi yang harus dikerjakan, terdapat suatu teks dalam pemberian intruksi tersebut. Dengan demikian, semua aktivitas berbahasa, termasuk berbicara dan menulis, melibatkan teks di dalamnya.

Oleh sebab itu, pada saat mempelajari bahasa, siswa diharapkan mampu mengenali pelbagai macam teks beserta ciri-cirinya, serta kemudian memproduksi teks tersebut sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh, kalau seorang siswa bermaksud menulis surat permohonan keringanan pembayaran pada sebuah kampus, siswa tersebut harus mengenali struktur teks pada surat tersebut, baru kemudian membuat surat tersebut berdasarkan struktur yang sudah diketahuinya. Kemudian, kalau seorang siswa ingin tawar menawar harga dalam sebuah transaksi, tentu siswa tersebut harus mengetahui struktur teks negosiasi kalau ingin menyampaikan penawaran yang sulit ditolak. Semua itu adalah contoh-contoh tentang penggunaan teks yang dipelajari dan dikuasai di kelas.

Walaupun teks yang dipelajari sangat beragam dan dapat disesuaikan dengan situasi terkini, bukan berarti materi pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 bebas dari cacat. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya keluhan dari pengajar bahasa Indonesia bahwa mereka belum mengerti betul konsep materi tersebut. Mereka menjadi ragu pada saat mengajar karena pemahaman mereka terhadap materi tersebut masih minim. Itu tentu saja sangat wajar karena materi yang diajarkan sangat berbeda bentuknya dengan materi pada kurikulum sebelumnya, atau penyuluhan seperti yang saya ikuti belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia, atau memang sumber daya pengajar Indonesia masih sangat minim kompetensi berbahasa dan pedagogisnya. Akibatnya, peralihan materi ajar terasa sangat berat dan lambat karena pengajar harus mempelajari, memperdalam, dan menyesuaikan diri dengan materi tersebut.

Kemudian, walaupun teks mencakup bentuk lisan dan tulis, berdasarkan pengamatan saya, materi yang diajarkan tampak ditekankan pada bentuk tulis saja. Dari tugas-tugas yang terdapat pada buku cetak saja terdapat kesan bahwa siswa harus lebih banyak membaca dan menulis karena tugas-tugas tersebut berisikan instruksi berupa meringkas isi bacaan, menelaah bacaan, menyusun kalimat, dan sebagainya. Sungguh sedikit tugas yang menginstruksikan untuk berbicara. Padahal, keterampilan berbicara juga harus dipertimbangkan, dibina, dan dikembangkan. Kelancaran menyampaikan suatu gagasan di depan umum, kemampuan membawakan sebuah acara, dan kefasihan mengajukan argumentasi pada kontes debat seharusnya juga perlu diperhatikan karena hal itu tak hanya melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga mengasah mental siswa dalam menjalani kehidupan.

Kiranya itulah sebuah refleksi sederhana atas materi pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013. Semoga saja, berkat masukan-masukan yang disampaikan tersebut, materi ajar dapat lebih disempurnakan lagi.

(Pembaca yang budiman, kalau tertarik dan berkenan, silakan membaca artikel lain, yaitu "Saya Membaca Sebuah Buku dan IP Saya Pun Berubah", "Bisnis Toko Buku Menggantikan Perpustakaan?", dan "Membuka Cakrawala Para Tunanetra")

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun