Mohon tunggu...
adi putra
adi putra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nilai-nilai Tasawuf Pada Profesi Tukang Parkir

20 Juni 2017   01:50 Diperbarui: 20 Juni 2017   01:58 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mungkin kita sudah sering melihat di Kota-Kota besar sudah ramai dengan profesi tukang parkir, semua pekerjaan yang mana bisa dilakukan oleh semua orang. Tukang parkir dengan penuh tanggung jawab tukang parkir menjaga seluruh kendaraan baik mobil dan motor. 

Banyak kendaraan yang dijaganya, satu persatu kendaraan tersebut diambil oleh pemilik kendaraan tersebut tetapi tidak pernah merasa sedih akan kehilangan kendaraan tersebut, inilah filosofi dati tukang parkir sebanyak apapun kendaraan yang dimiliki tidaklah membuatnya menjadi sombong dan semua itu hanya lah titipan. Ternyata dibalik profesi tukang parkir rupanya ada nilai-nilai tasawuf di dalamnya hal ini pun sudah pernah disampaikan dalam ceramah Alm K.H. Zainuddin. MZ, yaitu apa yang kita miliki semuanya itu hanyalah titipan dari Allah dan suatu saat titipan itu akan diambil dan mengajarkan kepada manusia agar memiliki sifat zuhud.

Zuhud adalah berpaling daripada dunia dan perhiasan dan mengambil sekedar untuk memenuhi kebutuhan. Sebagaimana sabda dari Rasulullah SAW, berpalinglah engkau pada dunia niscaya Allah mengasihi engkau dan berpalinglah engkau barang yang dimiliki manusia niscaya mereka mengasihi engkau (lihat kitab Mubadi Ilmu Tasawuf, karangan Syaikh Muhammad Sarif). Dalam pandangan kaum Sufi, dunia dan segala isinya adalah sumber segala kemaksiatan dan kemungkaran yang dapat menjauhkan diri dari tuhan. Karena hasrat, keinginan dan nafsu seseorang sangat berpotensi untuk menjadikan kemewahan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan hidupnya, sehingga memalingkannya dari tuhan. Menurut Al-Junaidi zuhud adalah kosongnya tangan dari pemilikan dan kosongnya hati dari pencarian (lihat buku Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologikarangan Muhammad Hasyim). Sebagaimana firman Allah dalam surah Ar-Ra`d ayat 26

Artinya: Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat.

Selanjutnya firman Allah SWT di dalam surah al-Hadid ayat 20

Artinya:Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Dalam tafsir al-Misbah makna dari ayat di atas, yaitu orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia, bahwa kehidupan dunia ini hanya merupakan sebuah permainan yang tidak membawa hasil; sebuah permainan yang melalaikan orang untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat; sebuah perhiasan yang tidak mempunyai keindahan diri, dan sebuah kegiatan membangga-banggakan keturunan dan kekayaan yang tidak tahan lama. 

Kehidupan dunia ini ibarat air hujan yang menumbuhkan tanaman dan menyenangkan petani. Tetapi setelah tanaman itu matang, kamu melihatnya kuning dan kering. Dan beberapa saat kemudian menjadi keras, pecah-pecah, dan tidak ada gunanya sama sekali. Di akhirat kelak, orang yang lebih mengutamakan dunia dan memperlakukannya dengan jalan yang tidak dibenarkan akan mendapatkan azab yang kejam. Sedangkan orang yang lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunianya akan mendapatkan ampunan dari Allah. Kehidupan dunia merupakan suatu kesenangan yang sebenarnya hanyalah tipuan yang tidak ada hakikatnya bagi orang yang menjadikannya sebagai tujuan utama dan bukan sekadar sarana untuk memperoleh keuntungan akhirat (lihat tafsir al- misbah karangan Quraish Sihahab).

Harta benda yang melimpah terkadang membuat seseorang menjadi sombong dan lalai, padahal sejatinya harta yang melimpah hanya titipan dari Allah SWT. Dengan sekejab mata harta tersebut bisa saja diambil oleh Allah dengan cara yang dikehendaki-NYA, baik dengan cara datangnya suatu penyakit yang harus mengeluarkan biaya yang mahal untuk mengobatinya, rumah yang mewah tiba-tiba kebakaran, dan masih banyak lagi contoh-contoh yang telah dilihatkan oleh Allah SWT dalam kehidupan di dunia ini. Betapa mudahnya bagi Allah untuk mengambil itu semua.

Pada hakikatnya, manusia dikaruniai oleh Allahharta benda adalah sebagai titipan dan amanah yang harus dipergunakan sebagaimana mestinya. Harta bukanlah tujuan, namun tidak lebih hanya sebagai salah satu sarana dan bekal untuk beribadah kepada Allah (lihat Abul Jauza, Harta Dan Kekayaan Dalam Al-Qur'an). Maka dari itu ambillah pelajaran dari profesi tukang parkir sebanyak apapun kendaraan yang dimiliki dijaganya dengan penuh tanggung jawab dan tidak pernah merasa sedih ketika kendaraan diambil lagi oleh pemilikya, begitu juga dengan kita auntuk tidak menyombongkan diri dengan harta yang kita miliki dan kita diamanahkan untuk mempergunakannya dijalan Allah, yang namanya titipan pasti akan diambil kembali oleh pemilik-NYA maka dari itu jangan bersedih apa bila kita kehilangannya. Rasulullah SAW juga pernah bersabda, Cinta yang sangat terhadap harta dan kedudukan dapat mengikis agama seseorang (HR. Aththusi). Wallahu A'lam Bishawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun