Iran, pada sabtu dan minggu (17-18 April 2010) akan menjadi tuan rumah dari konferensi perlucutan senjata nuklir dunia. pertemuan tersebut diselanggarakan oleh negara-negara anggota NPT (non-proliferation treaty) sebagai persiapan dalam mempersiapkan pertemuan NPT awal bulan depan di markas besar PBB. Konferensi perlucutan senjata nuklir di Iran tersebut akan membahas mengenai perlucutan senjata nuklir, non-proliferasi nuklir, dan penggunaan teknologi nklir untuk tujuan damai yang didasari oleh perjanjian NPT.
Konferensi di Iran tersebut menjadi menarik untuk diperhatikan bila dikaitkan oleh dua hal yang sangat signifikan berpengaruh terhadap konferensi tersebut. yang pertama berkaitan dengan KTT keamanan nuklir yang dgagas oleh Amerika Serikat (AS) yang diikuti oleh 47 negara, lalu yang kedua berkaitan dengan rencana DK PBB yang dipelopori oleh AS untuk memberikan sanksi baru terhadap Iran berkenaan dengan program nuklirnya.
Konferensi perlucutan senjata nuklr di Iran tersebut memang berlangsung tidak lama setelah KTT keamanan nuklir yang digagas Amerika Serikat. Iran sendiri dalam KTT tersebut tidak dilibatkan. pemerintah Iran mengecam KTT keamanan nuklir tersebut karena menganggap bahwa KTT tersebut hanyalah sebuah rekayasa AS sendiri saja untuk membangun citranya, tudingan Iran tersebut dilontarkan mengingat bahwa AS lah pemilik senjata nuklir terbanyak. Iran juga menuding bahwa KTT keamanan nuklir tersebut merupakan salah satu upaya AS dalam melobi komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi lebih tegas terhadap program nuklir Iran.
Konferensi perlucutan senjata nuklir tersebut juga berlangsung dibawah tekanan dunia internasional yang dipelopori oleh negara-negera Barat untuk menjatuhkan sanksi yang lebih tegas kepada Iran. upaya-upaya dari negara-negara Barat dalam menerapkan sanksi tegas kepada Iran dapat terlihat dari kunjungan Presiden AS ke Rusia untuk menandatangani START 2010, yang oleh beberapa analis juga dianggap sebagai upaya lobi AS, dan juga lobi intensif Gedung Putih terhadap pemerintah China, kedua negara tersebut merupakan negara-negara yang selama ini gencar membela Iran dalam forum-forum internasional.
Keuntungan Konferensi tersebut
Melihat daftar peserta dalam konferensi perlucutan senjata nuklir tersebut, yang sebagian besar adalah negara-negara anggota NPT dan juga anggota OKI yang turut diundang. setidaknya konferensi tersebut diharapkan akan menghasilkan sebuah konsensus yang disepakati bersama mengenai senjata nuklir.
Pertama, dalam segi Iran sebagai tuan rumah, Iran dapat memanfaatkan konferensi tersebut sebagai sebuah ajang pencitraan bahwa Iran tidak menutup dirinya dari komunitas internasional mengenai progran nuklirnya. Program nuklir Iran yang diklaim sebagai sebuah program untuk tujuan damai oleh pemerintah Iran, sampai saat ini masih dianggap sebagai sebuah ancaman oleh beberapa negara karena menduga Iran sedang berusaha untuk mewujudkan senjata nuklirnya. melalui konferensi ini Iran dapat memperlihatkan secara langsung kepada delegasi negara yang hadir bahwa Iran tidak sedang membuat senjata nuklir, akan tetapi sedang berusaha untuk membuat teknologi nuklir untuk kebutuhan energi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Iran sejatinya dapat membawa para delegasi mengunjungi tempat-tempat pengayaan uraniumnya sebagai sebuah bukti konkret untuk memperkuat klaimnya. Iran juga dapat melobi para delegasi, terutama delegasi yang tegabung juga dalam DK PBB utk tidak menjatuhkan sanksi kepada Iran, walupun tanpa atau dengan adanya sanksi Iran akan tetap melanjutkan program nuklirnya, tetapi setidaknya dapat mencitrakan sebagai Iran yang terbuka di forum internasional.
Kedua, Konferensi tersebut yang merupakan konferensi persiapan dalam pertemuan NPT di markas besar PBB pada bulan depan dapat dijadikan sebuah ajang dalam mengevaluasi efektifitas dari NPT tersebut. NPT sejatinya adalah sebuah perjanjian yang mengarah kepada pencegahan penambahan senjata nuklir dan juga sebagai sarana dalam pengembangan teknologi nuklir dalam urusan perdamaian. NPT ini dianggap tidak berjalan secara efektif karena ternyata negara-negara yang tidak meratifikasi perjanjian tersebut atau bahkan tidak menandatangani perjanjian tersebut dengan bebasnya dapat mengembangkan senjata nuklirnya tanpa mendapatkan sanksi dari NPT maupun PBB, seperti India dan Pakistan. keberadaan NPT juga ternyata tidak mampu untuk membuat Korea Utara menjadi mengurangi produksi nuklirnya, karena sampai saat ini Korut mash saja mengembangkan senjata nuklirya melalui berbagai percobaan-percobaan tanpa ada sanksi yang jelas dari NPT.
melihat konstelasi yang sedemikian kompleks antara kemauan negara dengan mekanisme rezim NPT tersebut sudah barang tentu menjadi sebuah momentum besar bagi NPT untuk dapat bertransformasi menjadi sebuah perjanjian yang lebih kuat dan mengikat kalau perlu dapat memaksa dan dapat menerapkan sanksi yang tegas bagi anggotanya yang melanggar perjanjian tersebut. pernyataan Sekjen PBB Ban Ki Moon, yang menyatakan bahwa semua negara anggota PBB harus pula menjadi anggota NPT bisa dimasukkan menjadi turning point dalam mengevaluasi sistem NPT tersebut.
Ketiga. Dalam tataran praktis, kita tentu berharap konferensi tersebut akan mampu menghasilkan sebuah cetak biru (blue print) mengenai perlucutan senjata nuklir di dunia, atau bahakan kita berharap konferensi tersebut akan mampu menghasilkan sebuah hasil nyata yang segera akan diimplementasikan dalam melucuti keberadaan senjata nuklir di dunia. nuklir sebagai sebuah senjata yang tidak hanya taktis tapi juga strategis dapat mengancam eksistensi manusia yang apabila dikuasai oleh "pihak yang salah" dan "tidak bertanggung jawab" akan mampu membawa dunia ke dalam kehancuran.
semoga dunia segera dapat menghadapi masa perdamaian yang kontinu Sehingga interaksi antar manusia pun dapat terjalin tanpa ancaman dan dunia juga terbebas dari ancaman kehancuran.