Mohon tunggu...
Moch. Adib Irham Ali
Moch. Adib Irham Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosial Humaniora

The author is someone who is enthusiastic about education, social politics, history, philosophy, humanity, health, and community.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Keroncong, Pelurusan Sejarah dan Perkembangan Alunannya di Surakarta tahun 1920-1945

28 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 28 Agustus 2021   07:20 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik merupakan ungkapan rasa yang berwujud pencerminan keindahan, kebenaran, perikemanusiaan serta kekuatan yang tidak terlepas dari kehidupan dan jiwa seseorang. Musik adalah bagian dari kebudayaan. Perjalanan sejarah kehidupan manusia sudah menunjukkan bahwa music hidup, tumbuh dan berkembang sejalan dengan berbagai aktivitas manusia lainnya. Musik keroncong merupakan suatu corak musik popular yang berasal dari para Mardjiker yang dibebaskan oleh Belanda, latar belakang ini perlu dikemukakan supaya jelas. Menurut Aji Tambajong dalam Ensiklopedia Musik Jilid I menyatakan bahwa keroncong bukan berasal dari Portugis, tetapi dari bekas-bekas budak keturunan Portugis.

Musik keroncong muncul dan berkembang subur bukan sebagai produk barat, melainkan diakui sebagai salah satu kesenian rakyat. Perkembangan music keroncong dipelopori oleh para pemusik arranger, pencipta, maupun penyanyi keroncong. Kota Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surakarta merupakan kota tempat tumbuh dan berkembangnya music keroncong. Surakarta adalah salah satu kota yang unik dibandingkan dengan kota-kota lainnya, karena Surakarta disebut sebagai kota seniman.

Musik keroncong mulai masuk ke Surakarta sekitar tahun 1920-an, hal ini terbukti oleh Anton Ferdinand Roland Landouw pada saat itu sudah menjadi penyanyi keroncong. Dalam perjalanan music keroncong di Surakarta pada 1940-1950-an, semakin kiat citra Solo menguasai keroncong Indonesia. Lagu keroncong orang Solo, seperti lagu Bengawan Solo yang diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940.

Perkembangan music keroncong di Surakarta mendapat tempat yang istimewa. Menurut Ernst Heins dalam Kroncong and Tajidor; Two Cases Of Urban Folk Music In Jakarta menyatakan bahwa, awal mula kemunculan music keroncong berkembang di Jakarta. Musik keroncong berasal dari budaya asing tapi menjadi musik Indonesia dengan memasukkan unsur-unsur dari musik Indonesia asli. Proses "Indonesianisasi" ini membutuhkan waktu lama, proses ini memakan waktu lebih banyak karena keroncong tidak hanya berkembang di satu daerah saja. Musik keroncong bermula di Kampung Tugu Jakarta. Para anggotanya terdiri dari orang-orang keturunan Portugis. Pada waktu itu, dalam memainkan music keroncong, alat yang dipergunakan yaitu sepasang Keroncong, satu sampai tiga Gitar, sebuah Biola-Cello, Mandolin, Rebana dan Suling.

Padatahun 1920-an di Surakarta sudah terdapat music keroncong. Terbukti dari seorang bernama Anton Ferdinand Landouw yaitu penyanyi music keroncong. Setiap tahunnya kota Surakarta selalu mengadakan Fandel Concours seperti kota-kota lainnya. Ada perlombaan bernama Krontjong Vaandel Concours yang tiap tahunnya melahirkan juara keroncong.

Pada tahun 1930 sampai 1940 musik Indonesia sangat diwarnai dengan berkembangnya tiga ragam musik yang utama dan popular yaitu keroncong, gambus dan music hawaiian, ditambah dengan musik semi klasik dan klasik dari orchestra, mulai dari itu mendapat pengaruh yang kuat dalam hal pengenalan dan penulisan komposisi musik yang baik. Tahun 1930 menyusul penyanyi dan perkumpulan orkes keroncong yang baru yaitu OK.MARKO yang bermarkas di Singosaren penyanyi yang terkenal dari OK.MARKO yaitu bernama Gesang. Pada era 1930-an, di Solo memang muncul pula Orkes Keroncong Kembang Kacang. Di kota Solo, Gesang mengembangkan diri sebagai penyanyi dengan suara yang khas, karena dianggap memiliki cirri sendiri disbanding penyanyi keroncong lainnya. Radio merupakan sarana paling penting dalam perkembangan music keroncong.

Masa pendudukan, mendatangkan pukulan berat bagi dunia musik Indonesia Adanya upaya propaganda menghilangkan kebiasaan memainkan musik. Perubahan suasana ini juga membawa perubahan pada dunia music keroncong, Pemerintah Jepang segera mewajibkan semua orang untuk bisamenyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo dan melarang segala macam kegiatan hiburan, terutama music barat untuk dimainkan. Dengan dimatikannya bentuk-bentuk hiburan musik yang kebarat-baratan tersebut, perkembangan musik Indonesia pada masa itu bisa dikatakan didominasi oleh music keroncong. Hanya music keroncong yang pada saat itu diperbolehkan dimainkan oleh pemerintah Jepang dan itu berarti music keroncong yang mengisi kekosongan dalam usaha mencipta dan menyanyikan lagu-lagu pada masa pemerintah Jepang.

Radio sebagai salah satu media yang cukup popular dikalangan masyarakat, hanya bisa menyiarkan music keroncong dan beberapa lagu Jepang, dan beberapa diantaranya dengan sembunyi-sembunyi tetap menyiarkan lagu-lagu perjuangan untuk menghindar dari kejaran tentara Jepang. Apabila tadinya music keroncong dianggap kesenian atau music kelas bawah karena dianggap remeh, maka pada jaman Jepang justru mendapat angin baik. Bermunculah karya cipta melengkapi khasanah perkeroncongan seperti lagu keroncong Jembatan Merah ciptaan Gesang. Wedy Utomo dalam Gesang tetap Gesang menyatakan, pada jaman Jepang jarang ada perlombaan keroncong untuk meningkatkan mutu, karena suasana perang yang tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan semacam itu. Kemudian pada tahun 1944 diadakan concurs keroncong oleh Solo Hosokyoku bertempat di taman Sriwedari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun