Remaja identik dengan sifat inkonsisten dalam sifat dan suasana hati, atau biasa juga disebut “labil” pada era sekarang ini. Hal itu tak bisa lepas dari kaum remaja saat ini, tak bisa dipungkiri, urutan perkembangan manusia mengalami masa tambahan dalam pertumbuhan yakni bayi, balita, anak-anak, remaja, sebelum beranjak dewasa disinilah masa tambahan itu, 4l4y / alay atau anak layangan banyak orang menyebutnya, setelah lulus dari masa itu barulah dewasa, kemudian orang tua.
Pada masa alay ini, remaja pada umumnya telah memasuki masa puber atau keingin tahuan yang tinggi terhadap sesuatu yang baru, gampang ikut-ikutan (latah), tidak konsisten dalam hidup, rentan galau, moody dan masih banyak gejala-gejala masa muda ini. Semua pasti dan jelas pernah mengalami masa-masa ini.
Labil, ya labil. Kelabilan ini cukup sering melanda remaja saat ini. Labil adalah ketidak konsistenan diri atau tidak punyanya pendirian tetap, hal ini sangat mudah sekali terpengaruh oleh orang atau yang lain-lain. Sehingga kita dibingungkan dengan apa kata orang ketimbang percaya dengan apa yang hendak kita lakukan. Salah satu contoh sederhananya, ketika kamu hendak membeli smartphone dan sudah mempunyai badget yg cukup kemudian kamu mencari referensi di internet dengan banyak pilihan yang pada akhirnya kamu menjatuhkan pilihan yang pas dengan badget dan memiliki spesifikasi yang pas. Tetapi ketika ada orang lain mengatakan barang atau handphone yang hendak kamu beli dibilang jelek dan cepat rusak padahal belum tentu orang itu benar, mendengar hal itu kamu pasti akan goyah terhadap pilihanmu sendiri dan lebih memikirkan kata atau pendapat orang lain yang belum tentu kebenarannya. Kita tidak akan bisa melangkah jika kita terus mendengar apa yang orang lain katakan tentang kamu, percayalah dengan diri sendiri dan laksanakan lalu buktikan. Jangan berada di tengah-tengah keraguan karena itu akan menghambat. Itulah kelabilan.
Masa remaja yang hendak memasuki dewasa, dia perlu mencari jati diri untuk bisa dewasa dalam hal apapun, dan jati diri itu bisa didapatkan dengan tanpa lelah melewati masa-masa alay-mu dengan menjadikannya suatu pelajaran dalam setiap kejadian yang kamu alami. Pada masa ini, para remaja sudah mulai merancang dan merencanakan perjalanannnya dalam mencapai impian/cita-cita/kesuksesan. Dalam hal ini kamu mencoba belajar dari pengalamn dan kesalahan-kesalahan yang ada untuk menjadi lebih baik.
Ketika kamu mencoba memperbaiki diri karena sebelumnya kamu tahu kesalahan apa dan bagaimana cara mengatasinya. Menjadi lebih baik dan lebih baik lagi menjadi pilihan mutlak, ketika kamu berjalan dalam kebenaran dan sedikit saja disentil dengan beberapa problem sehingga membuat kamu stress, tren positif itu kian luntur karena stress itu. Kamu akan merasa lemah dan inkonsisten dari kebenaran itu.
Apakah ini suatu kewajaran.? Jawabannya adalah diri kita sendiri.?
Iya, semua tergantung kamu sendiri, kamu pasti sering dengar sepatah pepatah ini “Musuh terbesar diri adalah diri sendiri”. Jadi kita bicara bagaimana kita menyikapi dan melawan diri sendiri dalam arti yang positif. Semua berawal dari diri sendiri, apa arti nasehat dan motivasi super dari para tokoh-tokoh hebat kalo kita sendiri hanya membacanya saja tanpa ada tindakan nyata, niat, dan kemauan yang besar sedikitpun.