Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penghasil Camilan Ternama, Padangkandis Jadi Kampung Aman Tanpa Pengangguran

10 Februari 2016   05:51 Diperbarui: 10 Februari 2016   10:40 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rubik Ganefo yang siap untuk dipasarkan. (FOTO | DOK PRIBADI)"][/caption]WARGA Jorong Padangkandis, Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota, heran dengan sebutan pengangguran, yaitu mereka yang tidak bekerja. Sebab, dari anak-anak sampai yang tua-tua, di Padangkandis ini, semuanya bekerja dengan imbalan uang sesuai dengan kerja yang mereka geluti.

Memang, di Padangkandis tidak populer kata 'pengangguran'. Ketika pohon cengkeh warga setempat mati beberapa tahun silam, warga tak patah semangat. Mereka langsung banting stir ke usaha ekonomi produktif dengan membuat kerupuk ubi yang terkenal dengan aneka sebutan, di antaranya karipik cincang, kerupuk racik, kacang ampera, dan ada juga menyebut 'rubik ganefo'. Terserah nama mana yang Anda sukai untuk penganan tersebut. Namun, untuk diketahui yang paling populer di kampung tersebut adalah 'rubik Ganefo'.

[caption caption="Pekerja,yang semuanya wanita sedang mengolah ubi kayu yang selanjutnya diolah melalui kancah penggorengan. (FOTO | DOK PRIBADI)"]

[/caption]

Kalangan generasi tua tahu pasti bahwa kata 'Ganefo' digelontorkan oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno. 'Ganefo' merupakan singkatan dari ‘Games Asian Emerging Forces’, iven olahraga multinasional yang diadakan Presiden Soekarno untuk menandingi Olimpiade seiring keluarnya Indonesia dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Kalaulah benar usaha rumah tangga warga Padangkandis membuat bahan kudapan dari ubi kayu itu dimulai dengan munculnya gebrakan Ganefo oleh Presiden Soekarno, maka bisa diperkirakan bahwa kudapan itu sudah cukup lama dibuat masyarakat Padangkandis.

Bayangkan, era Soekarno berakhir 1966. Sementara Ganefo dicetuskan Presiden Soekarno saat jaya-jayanya, sekitar tahun 1960-an. Berarti sampai sekarang sudah berlangsung sekitar 55 tahun. Seusia itu pulalah rubik ganefo berwarna kuning itu dibuat masyarakat Padangkandis.

Ketekunan warga setempat membuat industri rumah tangga dengan beragam nama tersebut sangat pantas diapresiasi. Kepala Jorong Padangkandis Endrizal, mengungkapkan dalam seminggu ada sekitar 10 ton hasil produksi makanan ringan tersebut yang mayoritas dipasarkan ke daerah Riau sekitar 80 persen. Sedangkan produksi yang 20 persen lagi dipasarkan di wilayah Sumatra Barat.

 [caption caption="ADRIZAL, pengusaha rubik Ganefo dengan daerah pemasaran sampai ke Riau kepulauan. (FOTO | DOK. PRIBADI)"]

[/caption]

“Dari hasil industri rumah tangga ini, sudah banyak anak muda kami yang menamatkan pendidikannya hingga sarjana. Bahkan yang membanggakan lagi, kampung kami terasa aman. Sebab semua warga bekerja meski ‘hanya’ mengolah ubi kayu menajdi kerupuk. Mulai dari menanam ubi, memasak, sampai memasarkannya. Ini sebuah 'usaha berantai' yang tidak putus-putusnya,” terang Endrizal.

Menurutnya, yang jadi kendala saat ini adalah ubi kayu yang sudah mulai agak sulit mendapatkannya. Khusus di Padangkandis, tidak ada lagi lahan kosong yang bisa ditanami ubi. Apalagi ubi yang ditanam juga tidak sembarangan. Yang populer adalah Ubi Dumai'.

Untunglah, sejak peminat industri ngemilan dari Padangkandis ini semakin populer, jorong tetangga ataupun yang berjauhan, rajin pula bertani menanam ubi dumai tersebut. Jadilah Padangkandis sebagai konsumen ubi dumai tiap hari. Dari pagi sampai malam, pedagang ubi berdatangan ke Padangkandis bertransaksi hasil bumi tersebut yang sampai saat ini belum berhasil dimodifikasi. Sebab, ubi kayu itu baru bisa dipanen setelah setahun umurnya. Cukup lama juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun