SUDAH tradisi bagi Kota Payakumbuh dapat 'Piala Adipura' sebagai kota yang selalu bersih. Lihat dan datanglah ke kota itu. Kesan kota yang bersih sangat terasa dan terlihat nyata.
Pagi hari, sekitar pukul 07.00 WIB, bagian timur pinggiran jalan utama di pusat kota sudah bersih, padahal malamnya hingga Subuh dinihari dipenuhi beragam penjual kuliner dengan ribuan pengunjung yang memunculkan berton-ton sampah.
Hal itu menunjukkan kesadaran pengusaha kuliner memelihara kebersihan sudah begitu membudaya. Hasil jualannya yang mendatangkan untung menggiurkan bisa saja mendorong mereka untuk taat pada aturan, terutama dalam memelihara kebersihan.
Menariknya lagi, sehebat apapun turunnya hujan dari langit, ternyata pusat kota Payakumbuh jarang sekali kebanjiran. Bahkan, Payakumbuh 'terbilang langka' diberitakan media dilanda banjir di kala musim penghujan. Itu juga membuktikan bahwa selokan air selalu lancar di ‘kota gelamai’ itu. Padahal di tengah Kota Payakumbuh mengalir Batang Agam. Namun sungai itu tidak pernah meluap meski hulunya berada puluhan kilometer di Kabupaten Agam. Musibah banjir seperti selalu menjauh dari pusat kota Payakumbuh.
Rutinitas masyarakat memelihara kebersihan merupakan modal sangat berharga bagi rapinya penataan kota. Bahkan di sana juga terdapat tempat pembuangan sampah rergional milik Pemprov Sumatra Barat, tepatnya di 'Padang Siontah' Payakumbuh yang merupakan keberuntungan luar biasa bagi kota itu. Sehingga, Payakumbuh tidak gusar dengan sampahnya. Walau puluhan ton sampah dihasilkan tiap hari, semuanya itu mampu diangkut dan dibuang ke TPA sampah regional tersebut.
Lebih membanggakan lagi, sejak usia dini anak-anak Payakumbuh sudah dibimbing hidup bersih. Lihatlah lembaga pendidikannya, mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi di kota itu begitu kentara lingkungannya yang bersih. Sesuatu yang membanggakan.
Pergilah ke Pasar Ibuh, pusat perbelanjaan kebutuhan dapur juga luar biasa kebersihannya. Pedagang sangat memelihara kebersihan ditopang oleh petugas yang selalu tepat waktu bekerja membersihkan sampah yang cukup banyak itu.
Suli meraih Piala Adipura sebagai lambang kota terbersih oleh daerah-daerah di Sumatra Barat. Hal itu dibuktikan dengan minimnya kota dan kabupaten di Sumbar ini yang mampu menyabet lambang supremasi kota bersih tersebut. Namun Payakumbuh boleh dikatakan setiap tahun menyabet piala bergengsi itu.
Bagaimana dengan tahun 2016 ini? Yang jelas, Walikota Riza Falepi sudah tampil di depan tim penilai nasional di Jakarta 'menjual' bersihnya kota Payakumbuh.
“Kita harapkan semoga Payakumbuh tetap mempertahankan supremasi kota bersih,” ucap wartawan senior, Dodi Sastra, yang termasuk sosok pemerhati setia Kota Payakumbuh melalui pemberitaannya di KORAN PADANG.