Ketika penulis mengabdi di Kambang, Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, sekitar 40 tahun silam, negari itu masih belum dimekarkan. Penduduknya dinamis, konsekuen, dan pekerja ulet.
Kenangan dan ingatan penulis saat mengabdi di Pessel hingga saat ini tidak pernah pupus. Bertugas sebagai tenaga lapangan dari Departemen (Kementerian) Tenaga Kerja (Depnaker) yang kala itu dipimpin Menteri Prof. Subroto periode 1975-1978, penulis menghabiskan waktu sekitar 3 tahun di Nagari Kambang dengan kantor pemerintahannya terletak di Kotobaru, sekitar empat kilometer dari ibukecamatan Lengayang, Pasar Kambang.
Kambang, tanahnya subur. Padi menjadi, diselingi tanaman buah semangka, 'tumpang sari' dilakukan para petani usai panen padi. Di kawasan utara Nagari Kambang terdapat perbukitan subur yang membatasi kawasan pedalaman dengan Kabupaten Solok Selatan sekarang.
Sebagai tenaga lapangan, beragam hal dan pengabdian penulis lakukan. Yang terbilang menonjol adalah di bidang pertanian padi. Kerjasama dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL) terbina sangat baik. Gotong-royong tali bandar agar tetap bersih termasuk program unggulan. Beragam kelompok tani dipompa terus semangatnya. Bahkan, perbukitan Kayumanang masuk kawasan Kampung Kotokandis diprogramkan jadi perkebunan pisang dengan genjotan tokoh setempat, Simir.
Uniknya, pembukaan lahan perkebunan bersama tokoh masyarakat Zainuddin di perkampungan Pasirlaweh yang letaknya berada di pedalaman dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar empat jam dari Ibukenagarian Kotobaru, juga berhasil.
Ada lagi petani ulet, Ahur, di Kampung Sumbaru yang berhasil mengembangkan padi ladang unggul dengan bibitnya berasal dari Darul Falah, Limapuluh Kota.
Begitu juga di Kampung Padangpanjang, dikembangkan jagung unggul.
Baik bibit padi ladang maupun jagung unggul yang dikembangkan termasuk bagian dari program petugas lapangan Depnaker. Bahkan sekitar 60 peternak di Kambang ketika itu sempat melakukan study banding ke peternakan Padang Mengatas di Limapuluh Kota untuk melihat kehebatan ternak sapi unggul. Mereka takjub menyaksikan sapi-sapinya yang besar. Sementara, sapi di Kambang hanya sedikit lebih besar dari 'kambing bibit'.
Kedekatan dengan Pemerintahan Nagari Kambang bersama kepala kampung selingkaran nagari itu serta dengan tokoh masyarakatnya merupakan modal utama bagi penulis dan rekan-rekan tenaga lapangan lainnya untuk sukses mengabdi di Kambang.
Masyarakat yang dinamis, ulet, dan pekerja keras adalah modal membanggakan bagi kesejahteraan masyarakat Kambang di era 40 tahun yang lalu.
Kini, perkembangan nagari Kambang yang sudah dimekarkan tersebut tetap membanggakan. Untuk Pesisir Selatan, sejak dulu sampai kini, warga Kambang tetap dinamis. Cendekiawannya banyak. Politik tokohnya menonjol. Ada keasyikan tersendiri yang dirasakan bergaul dengan warga di kampung Bupati Joni, 'tungganai' Pessel sekarang.