Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalur 'Berkarat' Kereta Api di Sumbar Tunggu 'Lakek Tangan' Presiden Jokowi

13 Juni 2017   16:40 Diperbarui: 13 Juni 2017   16:49 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo pada Kamis pagi (3/3) mencoba menggunakan sarana transportasi kereta ARS (Airport Rail Service) yang menghubungkan Kota Medan menuju Bandar Udara Kualanamu. Kereta ARS ini adalah kereta pertama yang mempelopori secara efektif dari pusat kota menuju bandar udaranya secara efektif. Selama perjalanan Presiden Joko Widodo didampingi oleh Pjs. Gubernur Sumatra Utara, (mantan) Menteri Perhubungan Ignasius Jonan (sekarang Menteri ESDM), Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. (FOTO: KOMPAS.COM)

MENYAKSIKAN 'makan tangan' Presiden Joko Widodo dalam membangun Indonesia, terasa sungguh membanggakan. Terutama berkaitan dengan pembukaan kawasan baru yang selama ini belum digubris .

Tersebutlah pembukaan Trans Papua. Benar- benar fenomenal. Begitu juga membangun kawasan perbatasan. Seperti, pembukaan jalan Putusibau, pedalaman Kalimantan Barat, pembangunan jalan keretapi Monokwari-Jayapura, juga di Papua. Kemudian ada lagi program menyamakan harga BBM di pedalaman Papua dengan di Jawa.

Semua 'sepak-terjang' Presiden bersama kabinetnya dalam membangun banyak proyek raksasa kerakyatan tersebut kita ketahui bersama lewat pemberitaan media massa.

Khusus di Pulau Jawa, kitapun semakin bangga dengan semakin banyaknya peningkatan jalan raya lewat tol. Boleh disebut dalam waktu tidak begitu lama, Merak-Banyuwangi akan terhubung lancar via tol. Meski di masa penjajahan Belanda, 'tangan besi’ Daendels juga sudah berhasil membangun jalan keretapi Anyer- Panarukan.

Banyak lagi pembangunan raksasa kerakyatan yang tengah berlangsung di Pulau Jawa serta kepulauan lainnya di Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan provinsi lainnya. Semuanya, rata- rata bisa disebut pembangunan yang fenomenal. Manfaatnya dirasakan rakyat banyak.

Khusus di Sumatra, dibangun tol Lampung - Sumatra Selatan. Begitu juga tol di Sumut yang segera bisa dimanfaatkan sebagai modernisasi bagi angkutan darat.

Juga pembangunan jalan lintas kereta api di sepanjang kawasan Sumatra yang sudah sering diberitakan media massa. Namun, akhir-akhir ini, pembangunan transportasi kereta api 'Trans Sumatra' mulai hilang dari pemebritaan. Agak heran juga sebagian masyarakat di Sumatra.

Di balik kebanggaan program fenomenal Presiden Joko Widodo di banyak kawasan Indonesia, 'terselip' problema menghidupkan kembali kereta api antara Padangpanjang - Payakumbuh di Sumbar yang panjang jalurnya ‘hanya’ sekitar 52 kilometer saja. 

Problema yang muncul dalam menghidupkan 'jalur berkarat' itu bisa jadi karena kurang gesitnya pemerintah masa lalu. Apalagi, era berlalu seakan terlarang menampilkan kegagalan. Semuanya serba takut. Mereka cenderung membiarkan masa lalu bairlah berlalu, tanpa ada solusi dimunculkan oleh pakar-pakar hebat yang banyak dimiliki perguruan tinggi di kawasan Sumatra Bagian tengah.

Kini, di era Presiden Joko Widodo, sangat terasa gerak pembangunan kerakyatan untuk kesejahteraan bersama. Untuk itu, menghidupkan lagi 'jalur berkarat' kereta api peninggalan era silam sudah sangat pantas rasanya disegarkan kembali.

'Kurang laweh telapak tangan, jo niru kami tampuangkan’. Begitu harapnya masyarakat Sumatra Barat sekaitan keinginan Presiden Joko Widodo bersama PT KAI dan Kemenhub mengatasi penderitaan rakyat berkaitan dengan kemacetan lalulintas di Sumbar saat ini. Satu-satunya jalan mengatasi problema itu adalah dengan menghidupkan lagi jalur kereta api Padangpanjang- Bukittinggi -Payakumbuh, pulang-pergi. Insyaallah. *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun