Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Air Mata Minang dari Papua

30 September 2019   17:36 Diperbarui: 1 Oktober 2019   00:14 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WAKIL Gubernur Sumbar NasrulAbit saat berkunjung ke lokasi pengungsian diWamena, Papua, Minggu (29/9/2019). (Foto: Humas Pemprov Sumbar)

MEMPRIHATINKAN. Wamena berdarah-darah. Korban berjatuhan. Airmata anak negeri menetes haru. Sungguh tak disangka. Kenapa muncul kekejaman di negeri ujung timur tanah leluhur ini. Tak disangka, warga Minang jadi sasaran tak terduga. Kini dan entah sampai kapan duka ini akan berakhir.

Siapa yang tidak akan sedih, banyak perantau Minang di Wamena jadi syahid dunia. Mereka tewas tak jelas dosa dan kesalahannya. Tak ada mimpi sebelumnya. Kejadiannya begitu tiba-tiba. Sekejap mata saja.

Wamena, kota di pedalaman tanah Papua. Dikelilingi perbukitan berhutan lebat. Hanya transportasi udara yang lancar ke Wamena. Becak termasuk transportasi populer di kota yang penduduk kotanya belum begitu padat ini.

Turun pesawat langsung naik becak, berkeliling kota Wamena berhawa agak dingin. Dan kini, Wamena jadi kota duka bagi banyak suku di negara ini. Entah kenapa warga Minang banyak jadi sasaran kebengisan dalam tragedi memilukan ini. Sungguh tak terduga dan tak dinyana. Kita berduka. Air mata mengalir tak terasa. Sungguh luar biasa. Semua jadi berantakan. Rasa ngeri dan pilu menghantui. Kenapa? Apa yang tak elok bagi warga Papua dari penampilan 'rang rantau' dari tanah beradat dan berbudaya Pancasila ini?

WAKIL Gubernur Sumbar NasrulAbit menyalami para perantau asal Sumbar saat berkunjung ke lokasi pengungsian diMakodim, Wamena, KabupatenJayawijaya, Papua, Minggu (29/9/2019). (Foto: Humas Pemprov Sumbar)
WAKIL Gubernur Sumbar NasrulAbit menyalami para perantau asal Sumbar saat berkunjung ke lokasi pengungsian diMakodim, Wamena, KabupatenJayawijaya, Papua, Minggu (29/9/2019). (Foto: Humas Pemprov Sumbar)

Sudah mentradisi selama ini warga Minang pergi merantau dipastikan mencari induk semang lebih dahulu. Dekati dunsanak yang baru. Begitu petuah orang tua-tua turun temurun. Orang Minang punya filosofi: 'manyauak di ilia-ilia, bakato dibawah-bawah. Di ma bumi dipijak, di situ langik dijunjuang'. Kita yakin perantau Minang di Papua selalu menerapkan filosofi itu saat berada di tanah timur nun jauh di sana.

Menakutkan memang kalau kini warga Wamena tak baik dengan pendatang. Ini tak boleh berlarut-larut. Lebih memprihatinkan lagi kalau warga Minang tak ingin lagi hidup di Wamena. Sungguh, ibarat lukanya sudah begitu dalam. Kini warga kita di sana minta dipulangkan ke kampung halaman. Kita memahami dan bersimpati atas apa yang mereka alami dan rasakan. Namun, ada  baiknya dilihat opsi lain. Kita memang berduka. Tapi, jangan terlalu larut. Disinilah peran cerdik pandai tanah bertuah ini sangat diharapkan. Mungkin ada opsi lain yang perlu jadi perhatian. Seperti pindah ke kota lain yang lebih memungkinkan dan masih di Papua yang lebih terjamin keamanannya.

Kerjasama Pemprov Sumbar dengan Pemprov Papua perlu lebih maksimal dalam mencarikan jalan keluar atas problema sosial ini. Pantas dihindari 'emosi haru' yang mencekam.

Apalagi, Pak Wagub Nasrul Abit juga sudah menemui langsung perantau kita di Wamena. Dalam kunjungan itu, perantau yang minta pulang ke kampung halamannya hanya untuk sementara waktu. Sebagian lainnya ada yang meminta untuk menenangkan diri ke Jayapura. Namun, ada juga yang ternyata ingin tetap bertahan di Wamena.

Ingat, gempa dahsyat 30 September 2009 memporakporandakan tanah bertuah ini dengan jumlah korban yang tak sedikit. Secara bertahap kita atasi dengan beragam strategi dengan kesabaran. Dan kini, tiba lagi kepiluan warga kita di Papua. Disinilah dituntut kejernihan berpikir cendekiawan kita. Pulang kampung atau opsi lain. Yang penting jangan emosi. Kepanikan tentu ada, tapi pemerintah tentu takkan berdiam diri. Mudah-mudahan suasana mencekam segera mereda. Disinilah perlunya kita pantas selalu bijaksana. Papua Indonesia punya. Bersama kita merdeka. Sejahtera bersama. Hindari semua malapetaka. Insyaallah Tuhan selalu bersama kita. *

WAKIL Gubernur Sumbar NasrulAbit saat berkunjung ke lokasi pengungsian diWamena, Papua, Minggu (29/9/2019). (Foto: Humas Pemprov Sumbar)
WAKIL Gubernur Sumbar NasrulAbit saat berkunjung ke lokasi pengungsian diWamena, Papua, Minggu (29/9/2019). (Foto: Humas Pemprov Sumbar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun