Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Durian Presiden di Tanah Surga

22 Juli 2019   21:50 Diperbarui: 22 Juli 2019   22:04 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMPLEK peternakan Padang Mengatas di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, memang hebat. Di samping populasi ternak peliharaannya yang berkembang membanggakan, di sana juga tumbuh subur sebatang durian yang ditanam Presiden Joko Widodo. Bahkan, juga ada bangunan bersejarah 'rumah peristirahatan Pak Hatta' yang merupakan Wakil Presiden pertama RI.

Khusus batang durian yang ditanam Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke areal peternakan itu pada suatu hari di tahun 2015 silam, seperti yang dimunculkan KORAN PADANG terbitan Kamis, 18 Juli, pantas diulas lebih serius. Dalam foto yang disertakan pada artikel itu, terlihat pohon durian itu dipelihara dengan baik. Berkerangkeng besi agar terjauh dari beragam gangguan. Dipastikan bibit durian itu adalah bibit unggul. Bisa dibuktikan nanti kalau durian itu sudah besar dan berbuah, Insyaallah nikmat rasanya.

Durian presiden itu tentu hanya sebatang yang ditanamnya, sesuai foto yang ditampilkan, dengan latar belakang areal rerumputan yang luas diselingi pepohonan jenis lainnya. Kita bangga, durian Pak Presiden tumbuh subur. Sebagai pertanda tanah kawasan Gunung Sago itu juga subur untuk tanaman durian.

Pantas kita ambil hikmah dari kemauan presiden menanam secara simbolis durian di kawasan tanah subur Gunung Sago itu. Masyarakat yang bertanah di kawasan itu hendaknya menuruti contoh yang diperlihatkan presiden, yaitu menanam sebanyak-banyaknya pohon durian.

Kita sudah sangat lama hidup dalam dunia seremonial. Upacara lebih menonjol dibanding karya nyata dan kerja maksimal untuk kesejahteraan rakyat. Beragam upacara maupun acara nasional setiap saat dilaksanakan menghabiskan dana bermiliar-miliar rupiah. Salah satu kebiasaan pada acara puncaknya adalah menanam pohon yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah.

Sejak bangsa ini merdeka, tak terhitung lagi acara bergengsi dilaksanakan di negeri ini dan tentunya sudah sangat banyak sekali batang pohon yang ditanam. Seandainya sejak dulu-dulunya kita memasyarakatkan penanaman pohon kebanggaan itu dengan penuh perhatian, bukan tidak mungkin negeri ini semakin sejuk udaranya.

Boleh jadi, pohon yang ditanam saat acara-acara resmi itu tidak dirawat dengan baik dan akhirnya banyak yang mati. Bunga di depan rumah pun mati kalau tak disiram. Apalagi tanaman di areal berpanas terik di kawasan perbukitan. Begitulah kenyataan selama ini. 

Lihatlah perbukitan sekeliling Danau Singkarak, Maninjau, Danau Diatas dan Danau Dibawah, serta banyak lagi kawasan lainnya yang gundul. Semuanya ulah manusia. Menimbulkan bencana banjir dan galodo memporak-porandakan negeri ini. Ribuan korban berjatuhan. Memprihatinkan.

Dari beragam musibah yang silih berganti menghantam negeri ini, sudah pantas kita tumbuhkan semangat memelihara negeri ini. Mari kita lebih serius melaksanakan program kesejahteraan rakyat. Seperti penanaman pohon yang dilakukan presiden, kita masyarakatkan lebih serius. Jangan sekedar upacara dan seremonial belaka.

Jika bumi pertiwi ini subur dengan banyak tanaman bermanfaat, insyaallah negeri ini semakin sejahtera. Tidak adakan ada lagi buah impor di pasar. Seperti durian Bangkok, jeruk Cina, Apel Washington, dan lainnya.

Sumatra Barat areal tanahnya subur dan sudah semestinya beragam buah-buahan berlimpah hasilnya dan bisa diekspor dalam jumlah besar-besaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun