HEBAT juga Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Meski usia kabupaten itu belum mencapai 20 tahun dengan jumlah penduduk sekitar 200 ribu jiwa, namun dukungan pemerintahannya pada organisasi kemasyarakatan terbilang hebat dan mencengangkan. Terbukti, Forum Koordinasi Umat Beragama (FKUB) yang melakukan studi banding ke ke Sumbar sepertinya dibekali dengan dana cukup besar.
Dalam acara penyambutan rombongan FKUB Melawi, di Kantor FKUB Sumbar, Komplek Kanwil Kemenag Sumbar, Kamis (10/1/2018) terlihat semua rombongan tampil berpakaian seragam lengkap dengan asesorisnya. Ada juga yang membawa istri dan tempat menginapnya di hotel bintang empat, Hotel Kryad Hotel, Jalan Bundo Kandung, Padang.
Rombongan yang berjumlah sekitar 30 orang itu dipimpin langsung Ketua FKUB Melawi, Midi Amin, yang juga Kabag Kesra pemkab setempat. Juga ikut medampingi Ketua FKUB Kalimantan Barat, Ismail Ruslan. Â Dalam pertemuan itu, hadir pengurus FKUB Sumbar yang dipimpin langung Ketua H. Yulius Said, bersama jajaran.
Ketua FKUB Melawi, Midi Amin, mengatakan sokongan bupati pada seluruh organisasi kemasyarakatan resmi di daerahnya terbilang baik. Termasuk dukungan pada FKUB.
"Buktinya, sekarang kami berada di Sumbar dengan biaya terbilang besar. Dari Pontianak kami berpesawat ke Batam, terus ke Padang," ujarnya.
Dia menjelaskan, umat beragama di Melawi rukun-rukun saja. Maklum, FKUB di sana sama fungsinya dengan petugas 'pemadam kebakaran'. "Kami atasi sebelum problema itu membesar," ulasnya sembari menyebut pengurus FKUB Melawi lengkap unsur-unsur tokoh semua umat beragama yang ada.
Dikemukakan Ketua Bidang Penyuluhan FKUB Sumbar, H. Adi Bermasa, dalam pertemuan itu bahwa yang dia bersama puluhan wartawan dari berbagai daerah di Indonesia yang dikoordinir PWI Pusat pernah berkunjung ke Kalbar di era kepemimpinan Gubernur Sudjiman pada tahun 1980-an seraya mewajibkan membuat tulisan 'menjual Kalbar'. Beragam tulisan muncul tentang perlunya investasi besar- besaran dalam bidang perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan, dan lainnya.
|Kini, semuanya sudah jadi kenyataan. Namun apakah pribumi sudah sejahtera? Inilah yang perlu jadi renungan bersama. Yang jelas, kalau rakyat sejahtera dan semua kebutuhannya aman didapat, tentu rukunlah hidupnya. Tak terbantahkan, kepemilikan bisnis besar di Kalbar terutama perkebunan bukan lagi mayoritas milik pribumi setempat. Apakah ini tak mengganggu kerukunan di masa datang?" tanya Adi Bermasa.
Khusus masjid Komplek Keraton yang berlokasi di pinggiran Sungai Kapuas dan telah berusia ratusan tahun sebaiknya jadi cagar budaya yang memperindah Kota Pontianak. Keadaannya kini sangat memprihatinkan. Lingkungannya tidak mendukung. Sangat pantas rasanya masjid tua bersejarah itu jadi perhatian banyak kalangan di Kalimantan Barat.
Ketua FKUB Kalbar, Ismail Ruslan, mengatakan kondisi masjid tua bersejarah itu memang begitulah adanya. Bahkan, tanahnya sama sekali tak ada sertifikatnya.