Seluruh aparat pemerintahan Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, di manapun bertugas harus mampu membangkitkan semangat membangun warganya. Kalau rakyat tidak memberikan partisipasi secara maksimal, bukan tidak mungkin daerah ini tetap saja seperti 'nan taraalah'.
Dilihat sepintas, kiri-kanan jalan beraspal beton berderet-deret. Kondisi rumah penduduk sangat membanggakan. Terbayang pemiliknya mampu, berpunya, dan berkecukupan. Namun, semakin ke dalam, ujung kampung, dan di tepi rimba, keadaannya tampak memprihatinkan. Kemiskinan terlihat dekat di pelupuk mata.
Kenapa kemiskinan masih mendera dunsanak kita di Solok Selatan ini? Kenapa mereka banyak bermohon bantuan?
Sebenarnya, bantuan untuk warga miskin di Solsel sudah terbilang banyak. Beragam bantuan dari Kermenterian Sosial, Baznas, Kehutanan, Dinas Pendidikan, dan banyak lagi lembaga pemerintahan dan swasta sudah diterima oleh mereka yang berhak. Namun entah mengapa, bantuan yang sifatnya perangsang atau stimulus itu tak begitu tampak perkembangannya. Seperti hilang tanpa bekas.
Kalau diteliti secara maksimal, mungkin hasilnya tak menggembirakan. Bantuan ternak sudah sejauh mana perkembangannya? Bantuan bibit buah-buahan, sudahkah panen? Bantuan modal usaha, bagaimana hasilnya?
Khusus anak miskin yang diberi beasiswa, mungkin sedikit banyaknya bisa diketahui. Minimal mereka tidak putus sekolah.
Dalam temu wicara baru-baru ini antara tim LKKS Sumbar dengan pekerja sosial, warga binaan, dan pejabat Dinas Sosial Kabupaten Solsel diwakili Dicki, dan jajaran Pemerintahan Nagari Pasir Talang Barat, terungkap bahwa di Solok Selatan masih terdapat 53 ribu warga miskin. Kalau warga miskin Solok Selatan berjumlah ribuan orang itu berdemo, payah juga melokalisirnya. Sebaliknya, kalau ribuan orang miskin itu membuka perladangan baru, tentu luar biasa juga hasil kerjanya.
Dalam dialog dari hati ke hati, tampaknya problemanya kompleks. Mislanya saja, keseriusan dalam mengembangkan bantuan yang diberikan tidak begitu maksimal. Beragam persoalan lainnya juga mengemuka dalam dialog itu.
Setiap bantuan, apa saja modelnya, selalu gembira menerimanya. Tapi memelihara atau mengembangkannya, inilah yang selalu jadi problema. Bagaimanapun, warga penyandang problema sosial di Solok Selatan masih sangat banyak. Diharapkan seluruh jajaran pemerintahan maupun kalangan swasta punya tanggungjawab melepaskan daerah ini dari belenggu kemiskinan.
Menghabisi kemiskinan adalah kerja mulia. Masuk surga di akhirat. Untuk itu, Solok Selatan yang sudah berhasil menyelamatkan RI dengan PDRI-nya dipimpin Syafrudin Prawiranegara yang bermarkas di Bidar Alam pantas jadi perhatian bersama. Mulai dari pemerintah pusat sampai ke bawah hendaknya semakin agresif memberangus kemiskinan di daerah ini.
Begitu juga diharapkan kepada warga miskin daerah ini agar selalu aktif bekerja. Hilangkanlah kemalasan. Patuhlah pada pemerintah. Giatlah bekerja dan berusaha. Perbanyaklah ibadah. Malulah tercatat sebagai warga 'tangan di bawah' dalam waktu yang lama.