Begitu mendalamnya pemikiran Datuk Maradjo. Jeruk sunkist yang rasanya masam dan dinikmati jemaah haji di Mekah dan Medinah kualitasnya jauh di bawah 'Jesigo'. Tapi kenapa belum tumbuh pemikiran pengusaha untuk mengekspor jeruk dan buah-buahan Indonesia ke negara berhawa panas di Timur Tengah tersebut?
Dalam acara diskusi 'Peran Posdaya dalam Penanggulangan Kemiskinan dan Keberlanjutan Tujuan Pembangunan Milenium', Kamis lalu (7/9/2017), di Payakumbuh di mana penulis langsung menjadi pemakalah dari Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Sumbar, problema serta nasib petani jeruk dikupas habis habisan. Kesimpulannya, semua pihak, terutama lembaga pemerintahan, diharapkan terus-menerus membina petani di daerahnya. Pemerintah secara terjadwal hendaknya memberikan bimbingan kepada petani, termasuk dalam bisnis pemasaran. Bisa juga melalui koperasi. Bahkan pemerintah juga bisa membentuk BUMD atau BUM Nagari yang tugas pokoknya membantu pemasaran hasil tani seperti 'Jesigo'.
Bahkan, koperasi milik PNS bisa juga membuka unit usaha pemasaran jeruk. Yang penting, semuanya harus berbisnis dengan modal paling penting adalah 'saling percaya'.
Contohnya di komplek Kantor Gubernur Sumbar, sekali seminggu ada 'pasar tani' yang disponsori Unand bersama Gubernur Irwan Prayitno. Silahkan 'Jesigo' tampil. Pasti ketagihan. Percayalah.
Mari kita usahakan terus membuka 'dunia tani' menjadi lapang, terbuka, menguntungkan, dan menyejahterakan petani itu sendiri. Pasti bisa asal kita mau. Petani sudah berbuat, tapi mereka belum sejahtera juga. Inilah problema kita dari hulu sampai ke hilir. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H