Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PWI Sumbar Era Heranof

4 September 2017   21:17 Diperbarui: 4 September 2017   21:49 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
'Tungganai' PWI Sumbar, Heranof Firdaus (dua dari kiri ) bersama penulis (dua dari kanan). (DOK PRIBADI)

Pantas disyukuri, PWI Sumatera Barat (Sumbar) era Heranof mampu melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Dua ekor sapi disumbangkan Kapolda Sumbar, Irjen Pol Fakhrizal, dan Dirut PT Semen Padang, Benny Wendry.

Meski progam berkurban saat lebaran Idul Adha sudah merupakan rutinitas, namun bagi PWI Sumbar di bawah kepemimpinan Ketua Heranof Firdaus, ini merupakan sesuatu yang baru.

Mari kita ambil hikmah dari turun tangannya Kapolda dan Dirut PT Semen Padang yang merupakan mitra wartawan dalam membangun kebersamaan di Sumbar yang kita cintai ini. Berkat ibadah kurban di PWI Sumbar, bertemulah sesama 'wartawan tua', bercengkrama dan tertawa yang mungkin saja dipaksakan. Bahkan, ada yang hanya asyik mendengarkan gurauan wartawan muda setingkat anak dan cucu wartawan yang sudah ringkih, datang didampingi anak atau cucunya.

Hebatnya, wartawan tua, uzur, tak banyak ketawa, namun anak dan cucu pedamping terlihat gagah, bergizi, cantik. Syukurlah. Meski si wartawan tua sudah larut ditelan zaman, namun dinasti pelanjutnya tampil sesuai zamannya. Tidak mengecewakan.

Dengan menenteng asoy putih berisi daging alakadarnya, mampu pertemukan kembali 'generasi uzur' dengan pelanjutnya, 'wartawan muda' yang penuh semangat.

Wartawan sekarang yang hidup di era digital dan serba modern, apakah mampu bertahan untuk hidup pada zamannya? Para anggota PWI yang kebanyakan mengabdi di dunia media cetak yang dikabarkan mulai tergerus zaman digital, bagaimana masa depan mereka?

Namun, sudah banyak juga di antara mereka yang 'terbang' dan 'hinggap' di media elektronik yang sedang jaya-jayanya. Mereka bergabung dalam Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI). Banyak pula di antara mereka bekerja dengan sistem kontrak, terutama para jurnalisnya. Ada berita, ada bayaran.

Namun jurnalis media surat kabar, bagaimana? Di Sumbar, sejak era reformasi jumlah surat kabar begitu berkembang, harian banyak, begitu pula mingguan. Yang terbit 'sesuka hati' apalagi, tak terbilang jumlahnya.

Begitu menjamurnya media sekarang, bagaimana dengan wartawannya? Kesejahteraannya, rumahnya, pendidikan anak-anaknya? Mereka banyak juga yang tidak bergabung dengan PWI.

Dulu, anggota PWI begitu diperhatikan. Diusahakan kesejahteraannya. Diasuransikan. Beragam dana kesejahteraan di media tempatnya bekerja. Membanggakan. Ada komplek wartawan Wisma Warta 1 dan 2. Ada kebun sawit. Era sekarang, tampaknya wartawan 'lebih mandiri'.

Bagaimanapun juga, tantangan era sekarang 'sangat beragam'. Bahkan, perkebunan PWI di Pasaman Barat tampaknya mendesak untuk dibenahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun