Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Besar Unand Bicara Kolam Terlantar dan Sukses Pesantren Mohammad Natsir

21 Mei 2017   22:46 Diperbarui: 21 Mei 2017   23:11 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Helmi (menyandang tas) saat kunjungan ke lapangan di kawasan penanaman Kopi Arabika di Sumbar. (DOK. UNAND)

Kalau ada kemauan, pasti ada jalan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Namun, jika gagasan sederhana ini tidak dapat sambutan, maka bisa saja diterapkan di tempat lain. Sebab, gagasan 'wirausaha sosial' yang dikemukakan Prof. DR. Helmi ini ternyata sudah diterapkannya di Alahanpanjang, Kabupaten Solok, melalui Pondok Pesanten Mohammad Natsir. Sekitar 500 hektare tanah di sana sekarang dikendalikan pengolahannya melalui pesantren untuk peternakan, perkebunan, dan pertanian. Secara terjadwal DR. Helmi bersama mahasiswanya membimbing petani setempat untuk beternak, berkebun, dan bertani. 

Menurut DR. Helmi, hasilnya sudah menggembirakan. Ternak peliharaan jumlahnya sudah 25 ekor dengan sistem bagi hasil. Begitu juga perkebunan dan pertanian sayur. 

Gebrakan pesantren Mohammad Natsir mengembangkan diri bekerjasama dengan Unand kini sudah jadi tren bagi kemajuan petani di Alahanpanjang dan sekitarnya.

“Secara berangsur, kita berharap lembaga sosial jadi 'tangan di atas'. Jadi pemberi, tidak lagi jadi penerima seperti yang masih banyak dijumpai. Bagi lembaga sosial yang mampu menangkap kemajuan, pasti nasibnya berubah. Sebaliknya, bagi yang tetap rajin memposisikan 'tangan di bawah' lambat laun lembaga itu akan ditinggalkan,” tutur Prof. Dr. Helmi

Dengan mengangkat sesudut problema sosial di Ampanggadang dengan banyaknya harta tidak terolah seperti kolam ikan, serta modernisasi pesantren Mohammad Natsir di Alahanpanjang yang dinamis, bisakah menggugah wirausaha sosial dalam mengatasi beragam problema kemiskinan di daerah ini?

Bagaimanapun, DR. Helmi sudah melemparkan gagasan menumbuhkan 'wirausaha sosial' untuk mempersempit gerak 'tangan di bawah' di daerah ini. Atau, apakah gerakan 'tangan di bawah' tetap tumbuh subur di daerah ini jika 'reformasi gerakan sosial' tidak dilakukan maksimal dan tidak jadi perhatian oleh penggerak sosial itu sendiri?

Pada saatnya nanti, perlu ditumbuhkan gerakan ‘sertifikasi sosial’. Dengan demikian, akan dapat diketahui mana yang ‘atah’ dan mana yang ‘beras’ dari penggerak sosial tersebut. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun