Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peternakan Sapi Air Rundin, Lama 'Mati Suri' Kini Bangkit Lagi

7 Maret 2017   14:09 Diperbarui: 7 Maret 2017   14:26 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air Runding Pasaman Barat kembali bangkit. Peternakan sapi seluas 2.000 hektar dikembangkan di Air Runding. Kawasan peternakan dengan hamparan padang rumput itu mampu menampung ribuan ternak gembalaan dengan sistem modern. Luar biasa.

Dipastikan, kawasan Air Runding yang berjarak sekitar 225 kilometer arah utara Ibuprovinsi Kota Padang, lebih luas arealnya dibandingkan kawasan peternakan modern Padang Mengatas Limapuluh Kota. Tentu, penataan kawasan Air Runding diharapkan di masa mendatang lebih baik dari Padang Mengatas.

Dulu, semasa Gubernur Harun Zain, program pengembangan peternakan Air Runding sudah direncanakan dengan matang. Kerjasama waktu itu dilakukan dengan Jerman Barat (sebelum Jerman bersatu). Beragam program sudah dikerjakan diiringi gambaran prospek masa datang yang sudah dikaji berkali-kali. Bahkan, keuntungan menggiurkan untuk kesejahteraan masyarakat sudah jadi angan-angan yang membanggakan ketika itu.

Namun, apa boleh buat. Musim berganti. Pembimbing dari Jerman Barat berakhir tugasnya. Tinggal-lah pribumi dengan ternak peliharaannya. Apa boleh buat, keterlaluan kalau kita kembali 'mancabiak baju di dado'. Pokoknya, memprihatinkan. Boleh jadi 'kesengsaraan' Air Runding saat itu adalah korban dari program yang tidak berkelanjutan. Sapi yang sebelumnya dipelihara, berubah jadi liar, dalam arti kata berkeliaran sesukanya. Jadilah 'sapi hutan', berkelana dalam rimba untuk memenuhi kebutuhan perutnya.

Itulah sekelumit catatan kegagalan Air Runding dulunya. Patah tumbuh, hilang berganti. Kini, Gubernur Irwan Prayitno Bupati Syahiran, Menteri Pertanian, dan Gubernur Bank Indonesia tampaknya sudah 'seiya sekata' untuk menjayakan kembali Air Runding.Semoga saja dengan tim ahli peternakan yang banyak dimiliki Indonesia, insyaallah pengembangan kawasan peternakan modern di Pasaman Barat itu benar-benar bisa kita nikmati bersama dalan arti yang sebenarnya.

Kita percaya, Bupati Syahiran dengan program 'kerja-kerja, kerja'-nya benar-benar diberi kekuatan untuk membangkitkan semangat rakyatnya agar cepat keluar dari belenggu ketertinggalan yang kini masih disejajarkan dengan Solok Selatan dan Mentawai.

Khusus untuk Pasaman Barat, pada tahun 2018 ditargetkan sapi bunting atau melahirkan 4.600 ekor. Begitu dikatakan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, drh. I Ketut Diarmita MP, sewaktu berada di lokasi peternakan Air Runding, Sabtu, seperti diberitakan KORAN PADANG, Senin lalu 6/3/2017).

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno memuji Bupati Syahiran yang mampu kembali menghidupkan kawasan peternakan Air Runding yang sudah sangat lama 'mati suri'. Bahkan, program pengembangan Air Runding dibiayai secara ‘keroyokan’ memanfaatkan dana APBD, APBN, dan Dana Anggaran Khusus (DAK).

Pada kesempatan itu, Dirjen Peternakan juga meresmikan Koperasi Serba Usaha (KSU) Karyamuda Mitra Jaya dan menyerahkan surat keterangan layak bibit dalam rangka program pengembangan klaster ketahanan pangan Bank Indonesia dan klaster pembibitan sapi Bali di Kabupaten Pasaman Barat.

Semoga, cita-cita menjadikan Air Runding sebagai sentra peternakan sapi terbesar di Sumbar maupun di Indonesia bisa jadi kenyataan. Kita tunggu saja. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun