Warga Sumatra Barat bangga dengan Masjid Raya yang terus dituntaskan pembangunannya yang masih terbengkalai. Begitu anggunnya masjid yang berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman, Kota Padang itu. Dilihat dari udara, sungguh memukau. Mungkin arsitekturnya yang sangat menarik menyebabkan Masjid Raya ini selalu dikunjungi. Terbukti, setiap hari umat Islam berdatangan darimana saja mampir ke rumah ibadah terbesar di kawasan Ranah Minang itu.
Areal parkirnya saja mampu menampung ribuan kendaraan. Apalagi lantai atasnya sungguh sejuk karena ventilasi udara yang bagus. Tanpa AC, sudah terasa sangat nyaman. Lain halnya dengan lantai dasar, memang tidak senyaman lantai atas. Bisa saja penyebabnya ventilasi udara terbatas karena sekap-sekap pada lantai dasar itu tidak 'seramah' di lantai atas.
Dulu, ketika lantai atas belum punya tempat berwudhu, memang ada sedikit keluhan bagi jemaah yang lepas wudhu terpaksa ‘thawaf’ ke lantai bawah untuk kembali bersuci.
Keanggunan Masjid Raya Sumatra Barat jelas menaikkan harga diri daerah ini sebagai ranah yang selalu setia menjaga marwah Islami warganya, sesuai dengan 'berkulindannya’ antara adat dan agama Islam yang menajadi kebanggan bersama.
Meski sudah bermiliar-miliar rupiah dana dihabiskan untuk membiayai pembangunan rumah ibadah itu, semoga saja dengan keikhlasan, banyak pihak terus-menerus mensupportnya. Sehingga, Masjid Raya Sumbar itu menjadi monumental abadi kekompakan masyarakat dengan pemerintahan.
Kita maklum, berjibakunya pemerintahan provinsi bersama DPRD menyisihkan dana terus menerus setiap tahun anggaran memberi effek yang sangat po- sitif. Sebab, pembangunan Masjid Raya yang disepakati secara bertahap tanpa terasa wajahnya sudah membanggakan. Bayangkan nantinya kalau semua yang direncanakan sesuai blueprint selesai. Maka semakin banggalah generasi pelanjut negeri ini kelak.
Tidak bisa dibantah, era Gubernur Gamawan Fauzi memunculkan ide dan diawali kerja besar dengan memulai pembangunan masjid, dan kini era Gubernur Irwan, sudah kita nikmati rumah ibadah ini. Siapapun nanti pelanjut 'Gubernur awak', pembangunan rumah ibadah kebanggaan negeri ini benar-benar selesai. Bahkan, ada juga yang menyebut asal membangun rumah ibadah, tidak ada istilah selesainya. Ada-ada saja yang perlu dikembangkan.
Di saat pembangunan fisik Masjid Raya ini sangat membanggakan kita, ada hal-hal lain yang perlu jadi perhatian bagi 'pengurus yang mengurus' jemaah. Misalnya aktifitas wirid Zuhur ataukuliah 7-10 menit. Sebab, jemaah Salat Zuhur cukup ramai juga. Mereka sengaja salat di Masjid Raya untuk merasakan nikmatnya salat di masjid kebanggaan itu.
Dengan belum terjadwalnya 'kultum' Zuhur di Masjid Raya Sumatra Barat ini, maka sangat pantas rasanya jadi perhatian bersama. Sebab, jemaah tentu semakin senang jika siraman rohani dari ustaz-ustaz pilihan yang jumlahnya sangat banyak berdomisili di Padang.
Di saat pembangunan fisik masjid terus memperlihatkan aktifitas yang membanggakan, lebih menggembirakan lagi kalau pengurus juga giat memberikan yang terbaik pada jemaah. Termasuk hendaknya ada imam tetap yang terjadwal dan bukan keikhlasan dari jemaah belaka untuk jadi imam salat.
Meski tidak sering, namun tidak terbantahkan pada waktu-waktu tertentu imam tidak ada. Majulah siapa saja yang bersedia jadi imam. (Maaf), penulis pun pernah jadi imam Salat Subuh di sini dengan makmum seorang saja.