ANGKUTAN keretaapi yang melayani pemudik selama lebaran 2016/1437 H lalu cukup membanggakan. Dalam hal ini, pemerintah patut diapresiasi. Sesuai dengan info yang dirilis PT KAI kepada khalayak melalui media massa, selama lebaran diperoleh keuntungan sekitar Rp459 miliar.
Inilah perusahaan negara yang begitu transparan. Boleh jadi melegakan dan menunjukkan tanda-tanda manajemen bisnis keretaapi di Indonesia yang mulai tertata rapi serta membanggakan.
Selama ini jarang perusahaan milik negara yang mengumumkan hasil usaha yang dilakukannya. Paling-paling hanya sekali dalam setahun bertepatan dengan momen rapat rugi-laba perusahaan bersangkutan.
Silahkan dianalisa, mana perusahaan negara di Indonesia yang mengumumkan pendapatannya secara terbuka pada momen-momen tertentu. Sebut saja Jasa Marga dengan jalan tolnya, tentu luar biasa panen selama angkutan lebaran. Bahkan saking ramainya, korban jiwa di jalur Brexit Brebes tidak bisa dihindari. Namun, berapa pemasukan jalan toll selama cuti lebatan sampai sekarang rakyat tidak mengetahuinya. Berbeda dengan keretaapi yang cukup transparan karena diumumkan pada publik rezeki yang berhasil diraupnya.
Kita pantas bangga dengan manajemen 'terbuka' yang diterapkan PT KAI. Terus terang, hebatnya bisnis angkutan rakyat yang dijalankan perkeretaapian terbilang sangat menonjol di era PT KAI dipimpin Ignasius Jonan yang kini dipromosikan Presiden Joko Widodo jadi Menteri Perhubungan.
Kehebatan Jonan memimpin PT KAI sudah dirasakan wartawan senior yang tergabung dalam PWI, saat Jonan tampil dalam rapat kerja nasional PWI di Puncak, Bogor, beberapa waktu lalu.
Saat itu, secara blak-blakan Jonan memaparkan reformasi di lingkungan perkeretaapian ketika itu. Dengan percaya diri, Jonan meyakinkan tim kerjanya bahwa keretaapi harus tampil jadi angkutan rakyat yang disenangi. Pertama sekali, diciptakan lingkungan stasiun yang bersih dan disenangi konsumen. Bahkan, Jonan sangat percaya diri dapat menciptakan lingkungan stasiun keretaapi yang asri dan disenangi. Dilibas semua fasilitas semu yang sudah berurat-berakar di lingkungan stasiun. Penertiban dilakukan terhadap para pedagang kaki lima yang selama ini dibiarkan. Mereka diminta mencari tempat untuk berjualan di lokasi lain, seperti di luar stasiun.
Di era kepemimpinan Jonan menjadi Dirut PT KAI, boleh dikatakan angkutan roda besi itu mencapai kemajuan luar biasa. Hal itu berlanjut sampai sekarang. Kita berharap angkutan keretaapi semakin terus disukai rakyat hingga ke depannya. Kini, hal itu perlahan-lahan menjadi kenyataan. Walau Jonan tidak lagi mengatur keretaapi, namun kita pantas bersyukur servis yang diberikan perkeretaapian semakin membanggakan.
Presiden Joko Widodo sudah tepat menjadikan Jonan sebagai Menteri Perhubungan. Semoga rintisan yang dilakukan Presiden dengan membuka jalur baru keretaapi di Papua, Sulawesi, dan Kalimantan dapat direalisasikan oleh Jonan selaku Menteri Perhubungan. Sebagai tangan kanan Presiden, diharapkan Jonan dapat membuktikan semua daerah yang jadi rintisan membuka jalur keretaapi itu jadi kenyataan di era pertama jabatan Presiden Joko Widodo, 2015-2019. Insyaallah.
Sejarah pasti mencatat bahwa Joko Widodo adalah bapak keretaapi Indonesia, setelah Daendels mampu membuka jalan keretaapi, antara Anyer dengan Panarukan di sepanjang Pulau Jawa.
Semoga saja rencana terukur yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dengan membuka jalur keretaapi di luar Jawa (Papua, Sulawesi dan Kalimantan) benar-benar terwujud. Begitu juga merehab atau menghidupkan lagi jalur ketetaapi di luar Pulau Jawa, seperti di Sumatra Barat dan Aceh. Khusus untuk Sumatra, sudah dicanangkan program 'Trans Sumatra' yang ‘mengular’ dari Aceh hingga Lampung.