Berawal dari ke-galau-an saya liburan panjang semester ini. Saya mulai mencari-cari pekerjaan yang tidak menguras tenaga akan tetapi menghasilkan. Browsing di internet, banyak referensi yang saya baca. Akhirnya saya memilih untuk mengisi liburan saya dengan beternak lele. Pada awalnya saya masih bingung bagaimana tahap awal yang harus saya kerjakan. Saya mulai membaca berbagai sumber yang ada di internet mengenai bagaimana cara mengawali ternak lele. Akhirnya sampai saat ini kolam lele saya beserta isinya sudah berusia 4 minggu. Berikut adalah perjalanan dari sebuah ke-galau-an saya sampai saya mempunyai kolam lele.
Tahap pertama yang saya lakukan adalah browing, mencari-cari informasi mengenai beternak lele, dari internet, buku, serta narasumber yang sudah mempunyai pengalaman budidaya lele.
Tahap kedua, jika kita ingin bubidaya lele pastilah yang kita buat adalah kolam. Kalo kita beli bibit lele dulu nanti kita taruh mana dong?hhe. Nah, untuk tahap pembuatan lele kali ini saya membuat lele dengan media terpal. Disamping tidak memerlukan fee yang  terlalu banyak, air yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Maklum, saya bertempat tinggal di Gunungkidul Kec. Ngawen, tepatnya di Desa Sambirejo, yang notabene dikenal sebagai daerah yang mahal akan air. Oke, untuk membuat kolam terpal saya mulai membuat lubang tanah berukuran kurang lebih 3x4 m, dengan kedalaman sekitar 40 cm. Saya dibantu tetangga saya untuk menggali tanah. Hingga lobang tanah tersebut jadi.
Tahap Ketiga, saya memasang pagar-pagar disekeliling lubang yang nanti akan di kaitkan terpal di atasnya. Pagar-pagar tersebut terbuat dari pohon bambu yang saya dapatkan dari kebun.
Tahap Keempat, Saya membeli terpal di pasar Cawas, Klaten. Saya memilih terpal dengan ukuran 4x6 seharga 155K. Kemudian memasangnya di atas pagar tadi.
Tahap Kelima, Setelah terpal terta rapi setelah dikaitkan ke pagar. Kemudian mengisi air hingga ketinggian 40 cm. Setelah terisi air, saya memasukkan letong (kotoran sapi). Dan ditunggu dua minggu agar muncul bintik-bintik yang nanti akan menjadi pakan alami bibit-bibit lele.
Tahap keenam, tentulah pada saatnya saya membeli bibit lele, saya keliling di desa saya tidak mendapatkannya. Sebenarnya di sekitar desa ada yang beternak lele, tapi saya belum mendapatkannya. Akhirnya saya mencari di tempat-tempat lain. Dan ketemulah si bibit lele itu, hmm susahnya kamu dicari ya le .... le......hhe.
Saya mendapatkan bibit lele di daerah Banyu Biru, daerah di sekitar pasar Kelir, Sukoharjo. Saya membeli 270 bibit untuk mencoba dulu. Maklum, ini pertama kali saya menjadi seorang Peternak Lele. Takut nanti kalau gagal. Kemudian saya membawanya pulang. Saya memasukkan bibit-bibit tersebt ke dalam kolam secara perlahan agar lele-lele tersebut tidak mengalami stress (kaya manusia aja ya,hehe).
Berhasil, bibit-bibit lele yang saya masukkan tadi hhidup dengan ceria. Tiga jam saya menunggu apakah lele ada yang mati atau tidak. Dan hasilnya lele tidak mati. Alhamdulillah. Dan saat ini lele yang ada di kolamku berjumlah 950-an ekor.
Meskipun jumlahnya sedikit. Kolamku ini bisa menjadi wisata ruhaniku (apaan itu). Lele-lele dengan ceria memakan makanan yang aku berikan di pagi dan sore. Senang rasanya memiliki kolam lele. Melihat lele-lele memakan makanan (pelet) yang aku berikan rasanya menyejukkan hati. Lele-lele tersebut sampai hari ini berusia 4 minggu dan alhadulillah mengalami pertumbuhan yang begitu signifikan. Badannya bertambah gede. Harapannya setelah panen pertama ini berhasil saya akan menernak dengan jumlah yang lebih besar lagi.
Itulah perjalanan kolam lele saya berawal dari ke-galau-an (lebay) saya sehingga saat ini saya mempunyai kolam lele. Yakin, nikmat bangt mempunyai kolam lele