Tujuh tahun lalu, pemerintah tak lagi menggunakan Slogan 4 Sehat 5 Sempurna. Kini masyarakat telah diperkenalkan dengan prinsip Tumpeng Gizi Seimbang sebagai penggantinya.
Ilmu pengetahuan memang selalu memunculkan inovasi dan menghapus asumsi. Dengan sedikit mereplikasi konsep diet Amerika berupa Basic Four, pemerintah Indonesia mampu mengembangkan konsep gizi dan kesehatan yang menyentuh kearifan lokal negeri sendiri.
Berangkat dari salah satu tradisi nusantara yaitu sajian tumpeng. Pemerintah pun mengaplikasikan konsep hidup sehat melalui Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS dinilai lebih mudah dan tegas dalam memberikan pedoman konsumsi gizi sehat dan seimbang kepada masyarakat Indonesia.
Sebelum menuju bahasan TGS. Baiknya kita mengenang beberapa hal tentang masa kecil kita yang pernah bersinggungan dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurna yang dipopulerkan oleh bapak gizi Indonesia, Prof. Poermo Soedarmo. Masih ingat dengan jelas bagaimana beras menjadi salah satu komoditas karbohidrat yang diminati oleh masyarakat Indonesia.
Pada masa orde baru pun, pemerintah sempat mengekspansi selera masyarakat timur dan barat untuk adil dan sama terhadap tanakan beras tanpa rasa itu. Ekspansi selera itu dinilai kurang berhasil. Sejak terjadi kerusuhan ekonomi dan politik di tahun 1998. Indonesia siap melakukan reformasi dalam berbagai bidang.
Sewaktu kecil, setiap hari orang tua selalu berusaha menyediakan menu empat sehat lima sempurna. Berupa karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan tak lupa susu. Kata orang tua kalau tidak minum susu belum komplit sehatnya. Benarkah begitu? Belum tentu. Hingga sekarang, banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan minum susu setiap hari belum tentu mampu melengkapi kebutuhan nutrisi harian seseorang. Jika tidak diiringi banyak faktor seperti aktivitas fisik dan keanekaragaman konsumsi tiap hari.
Sehingga lewat kampanyenya, pemerintah menggencarkan untuk terus mengkonsumsi pangan yang beragam. Lahirlah program diversifikasi pangan. Terutama pada sumber karbohidrat yang tak hanya mengutamakan beras. Selain untuk menekan impor, pemerintah juga ingin mengangkat potensi pangan lokal nusantara. Hingga kini diversifikasi telah melahirkan banyak selera karya dalam industri pengolahan pangan.
Ilmu pengetahuan selalu menjadi rujukan dalam pembuatan kebijakan. Di zaman sekarang, trend makanan semakin marak dengan kemunculan berbagai cemilan, snack, dan bakery yang mulai meramaikan selera pasar. Seiring dengan hal itu, tentu saja kecenderungan konsumsi pangan masyarakat cepat berubah. Semakin beragam olahan pangan yang digunakan semakin besar pula kalori yang dimasukkan. Kemudahan akses pangan, terutama di perkotaan, turut menyumbangkan perubahan kebijakan pemerintah.Â
Lalu apa dampaknya?
Riset kesehatan dasar nasional 2018, menyebutkan prevalensi obesitas nasional meningkat sejak tahun 2013, yang mulanya 14,8% menjadi 21,8%. Sindrom kesehatan ini akan mengantarkan pada berbagai macam penyakit yang bisa diderita kemudian hari, seperti stroke, jantung koroner, diabetes melitus, penyakit gastrointestinal, dan banyak lagi. Mengingat salah satu tujuan dari sustainable development goals, adalah mengurangi prevalensi penyakit tidak menular (non-communicable disease) dengan menerapkan hidup sehat, maka pemerintah mulai mengaplikasikan PGS (Pedoman Gizi Seimbang).
Dalam aplikasinya, pemerintah menggunakan bentuk Tumpeng Gizi Seimbang yang merupakan resep susunan makanan yang bisa dikonsumsi sesuai porsi kebutuhan hariannya. Dengan memperhatikan empat prinsip hidup bersih dan sehat (PHBS), yaitu mengonsumsi makanan beragam, melakukan aktivitas fisik rutin, menjaga kebersihan dan sanitasi, serta memantau berat badan ideal.