Pembicaraan seputar kemungkinan masuknya sejumlah Orang Jokowi dalam kabinet Prabowo Subianto menuai beragam reaksi dari kalangan politik dan publik.
Di tengah dinamika politik Indonesia yang plural, langkah ini dapat dibaca sebagai strategi untuk menjaga stabilitas politik dan kesinambungan pemerintahan.
Kontinuitas Politik atau Pragmatisme?
Beberapa tokoh yang diperkirakan akan tetap menjabat dalam kabinet Prabowo antara lain Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Erick Thohir (Menteri BUMN), Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri), dan Pratikno (Menteri Sekretaris Negara).
Kehadiran mereka memperlihatkan bahwa Prabowo tidak hanya mempertimbangkan loyalitas politik, tetapi juga kompetensi dan rekam jejak dalam menjalankan kebijakan.
Prabowo pernah menyampaikan bahwa pemilihan anggota kabinetnya akan didasarkan pada kemampuan untuk "memberikan yang terbaik untuk bangsa dan rakyat."
Langkah ini tampaknya bertujuan memastikan stabilitas dan kesinambungan kebijakan. Mengakomodasi tokoh-tokoh kunci dari kabinet Jokowi dapat membantu transisi pemerintahan berjalan lebih mulus dan menghindari perubahan kebijakan yang terlalu drastis, yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian.
Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, keberadaan para profesional berpengalaman ini bisa menjadi langkah pragmatis untuk memastikan bahwa Indonesia tetap berada di jalur yang stabil.
Selain itu, mempertahankan figur-figur dari kabinet Jokowi juga menunjukkan keterbukaan Prabowo terhadap keberlanjutan kebijakan yang dinilai sukses. Ini bisa memberikan sinyal positif kepada investor dan komunitas internasional bahwa tidak akan ada perubahan kebijakan radikal, terutama di sektor ekonomi dan hubungan luar negeri.
Pragmatisme Politik atau Rekonsiliasi?
Keputusan Prabowo untuk merangkul Orang Jokowi tidak hanya berpotensi memperkuat stabilitas pemerintahan, tetapi juga memperluas basis dukungan politiknya. Figur-figur seperti Sri Mulyani, Erick Thohir, Tito Karnavian, dan Pratikno memiliki pengaruh besar di era Jokowi, baik di sektor ekonomi maupun keamanan, dan kehadiran mereka bisa meningkatkan kepercayaan terhadap pemerintahan baru.
Namun, langkah ini juga mencerminkan pragmatisme politik yang kental dalam koalisi yang cair. Prabowo tampaknya sadar bahwa dengan merangkul tokoh-tokoh dari kubu Jokowi, ia bisa menjaga keseimbangan politik dan menghindari potensi konflik internal.