Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia di Balik Senyum Keriput Pasangan Tua

10 Oktober 2024   12:35 Diperbarui: 10 Oktober 2024   12:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI pasangan tua | Sumber gambar: timinslaw.com

Ada sesuatu yang magis tentang melihat pasangan tua.

Mungkin itu adalah cara mereka duduk bersama di kursi taman, atau ketika mereka berjalan pelan menyusuri trotoar, menggandeng tangan satu sama lain dengan keheningan yang penuh makna.

Tetapi yang paling menakjubkan, bagi saya, adalah ketika saya melihat mereka tersenyum. Sebuah senyum kecil, tersirat di wajah yang sudah penuh keriput, seolah-olah di balik garis-garis usia itu tersimpan rahasia besar yang hanya mereka yang tahu: berapa kali mereka sudah saling memaafkan.

Beberapa waktu lalu, saya melihat pasangan tua ini keluar dari rumah sakit. Sang wanita, tampak lemah, digandeng dengan hati-hati oleh suaminya. Umur mereka kira-kira sudah melampaui 60 tahun, mungkin lebih. Mereka lalu naik bajaj, kendaraan sederhana yang, entah bagaimana, terasa pas untuk menggambarkan perjalanan hidup mereka. Bajaj yang bergoyang-goyang di jalan berlubang, seperti hidup yang juga tidak pernah mulus. Saya pun berpikir, betapa banyak badai kecil yang telah mereka lalui. Betapa banyak kata-kata yang mungkin pernah terlontar, melukai. Dan betapa banyak pula permintaan maaf yang akhirnya terucap, merajut kembali yang telah koyak.

Saya tersenyum kecil. Cepat sembuh, Bu. Sehat selalu, Bapak dan Ibu.

Seni Memaafkan

Setiap kali saya melihat pasangan tua yang tetap bersama setelah bertahun-tahun, selalu ada pertanyaan yang menggantung di kepala saya: Bagaimana mereka bisa bertahan? Apakah mereka selalu bahagia? Tentu saja tidak.

Saya yakin, seperti semua pasangan, mereka juga pernah mengalami perselisihan. Mungkin bukan perselisihan besar yang akan menghancurkan rumah tangga, tapi cukup untuk membuat salah satu dari mereka diam selama beberapa hari.

Coba bayangkan. Di satu hari yang biasa, sang suami mungkin pulang dengan wajah kusut. Kesalahan kecil, mungkin tentang hal remeh seperti pintu yang tak terkunci atau teh yang terlalu manis, bisa memicu amarah.

Dia mungkin melemparkan komentar tajam, sementara sang istri, lelah karena mengurus rumah seharian, hanya bisa terdiam. Kata-kata dingin melayang di udara, membeku di antara mereka, menciptakan jarak tak kasat mata.

Dan di sinilah tantangan sesungguhnya. Di sinilah seni memaafkan diuji. Memaafkan bukan sekadar mengucapkan "maaf" di permukaan, tapi tentang melonggarkan hati, menyerap rasa sakit kecil itu, dan memilih untuk tetap tinggal. Saling memaafkan adalah upaya diam-diam yang tak selalu terlihat---tetapi terasa. Seperti arus sungai yang tenang, yang tetap mengalir meski penuh bebatuan.

Bajaj, Simbol Perjalanan Cinta

Pasangan tua itu, duduk di dalam bajaj, seakan memberi kita gambaran nyata tentang cinta yang sudah menua. Cinta yang tidak perlu kata-kata mewah atau janji manis yang berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun