Banyak dari kasus KDRT ini berawal dari masalah yang seharusnya bisa diselesaikan jika kedua belah pihak mampu berpikir rasional dan menggunakan nalar mereka. Ketika pasangan hanya mengandalkan emosi, segala bentuk ketegangan bisa meledak menjadi kekerasan, baik fisik maupun emosional.
Jika kita melihat dari data yang ada, salah satu faktor utama terjadinya KDRT adalah ketidakmampuan pasangan untuk berkomunikasi secara efektif. Emosi sering kali mendominasi diskusi, sementara nalar dan logika ditinggalkan di belakang. Ketika masalah-masalah kecil yang seharusnya bisa diselesaikan melalui diskusi logis menjadi ajang perebutan ego, tak heran jika kekerasan sering menjadi solusi terakhir yang dipilih.
Nalar dalam Problem Solving Rumah Tangga
Pernikahan adalah tentang menghadapi kenyataan hidup bersama, dan kenyataan itu sering kali penuh dengan tantangan.
Cinta, sebagaimana indahnya, tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hanya logika dan kemampuan problem solving yang bisa mengarahkan rumah tangga menuju kestabilan. Ketika Anda berhadapan dengan masalah seperti keuangan, membesarkan anak, atau bahkan konflik kecil sehari-hari, langkah-langkah berbasis nalar sangat dibutuhkan.
Seperti di dunia kerja, ketika Anda dihadapkan pada masalah, Anda tidak bisa hanya mengandalkan perasaan untuk menyelesaikannya. Anda membutuhkan strategi, analisis, dan rencana aksi yang konkret. Begitu pula dalam pernikahan. Apakah pasangan Anda mampu berdiskusi tanpa terjebak dalam emosi berlebihan? Apakah mereka bisa mendengarkan Anda dan mencoba mencari solusi, atau apakah setiap argumen berubah menjadi ajang adu ego?
Salah satu indikator kuat bahwa seseorang memiliki nalar yang sehat adalah kemampuan mereka untuk berkompromi, mendengarkan dengan aktif, dan mengesampingkan ego ketika situasi menuntutnya. Ini bukan berarti Anda harus menghindari perasaan, tetapi Anda harus mampu menyeimbangkannya dengan pemikiran logis.
Memeriksa Nalar Calon Pasangan
Jadi, bagaimana caranya mengetahui apakah pasangan Anda memiliki nalar yang sehat?
Tentu, tidak ada ujian nalar yang bisa Anda berikan secara langsung, tetapi ada beberapa tanda yang bisa Anda perhatikan. Apakah mereka bisa menghadapi situasi stres dengan tenang? Apakah mereka mampu mendengarkan pendapat yang berbeda tanpa merasa terancam? Apakah mereka cenderung mencari solusi yang praktis daripada terjebak dalam dramatisasi?
Jika jawabannya adalah ya, maka kemungkinan besar Anda berurusan dengan seseorang yang memiliki nalar yang baik. Jika tidak, mungkin inilah saatnya untuk mempertimbangkan kembali. Pernikahan yang sehat adalah pernikahan di mana kedua pihak mampu berpikir jernih dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Tanpa itu, Anda hanya akan masuk ke dalam perangkap konflik yang tak pernah berakhir.
Menikah dengan Logika dan Perasaan
Kita sering mendengar bahwa cinta adalah segalanya.
Namun, jika kita benar-benar jujur pada diri kita sendiri, cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah pernikahan. Seperti yang ditunjukkan oleh angka-angka perceraian dan kasus KDRT di Indonesia, banyak pasangan yang menikah atas dasar cinta, tetapi tidak mampu bertahan karena kurangnya nalar dalam kehidupan sehari-hari.