Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menjaga Asa di Tengah Riuh: Indonesia U-20 dan Jalan Panjang Menuju Piala Asia 2025

28 September 2024   11:52 Diperbarui: 28 September 2024   14:56 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: antaranews.com

Sepak bola adalah tentang angka: gol, poin, peringkat. Namun, bagi Indonesia, sepak bola juga tentang kebanggaan nasional. Sepak bola adalah cermin dari jiwa bangsa. Ketika tim nasional menang, bukan hanya mereka yang menang, tetapi juga seluruh rakyat yang ikut merasa bangga.

Dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola Indonesia perlahan bangkit. Dari sekadar peserta di turnamen-turnamen besar, kini Timnas U-20 berdiri sebagai calon kuat di Piala Asia. Menurut data AFC, peringkat Indonesia di kelompok usia muda terus meningkat.

Program Garuda Select yang bekerja sama dengan akademi sepak bola di Eropa telah membuka jalan bagi pemain-pemain muda Indonesia untuk mendapatkan pengalaman berharga di luar negeri. Salah satunya adalah Jens Raven, yang sempat berlatih di Inggris selama dua tahun sebelum kembali memperkuat tim nasional.

Di tengah proses kebangkitan ini, masyarakat Indonesia semakin percaya bahwa masa depan sepak bola nasional cerah. Di lapangan, kita melihat bibit-bibit yang mulai tumbuh subur.

Di luar lapangan, ada dukungan yang semakin besar, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Seperti kata Bambang Pamungkas, legenda sepak bola Indonesia, "Ketika tim nasional menang, mereka membawa kebanggaan bangsa ini. Mereka adalah simbol dari apa yang kita impikan sebagai sebuah bangsa."

Tekanan dan Harapan di Pundak Pemuda

Namun, kemenangan ini datang dengan tanggung jawab besar. Para pemain U-20 ini membawa harapan bangsa yang besar di pundak mereka. Tekanan tidak hanya datang dari dalam lapangan, tetapi juga dari luar.

Media sosial penuh dengan komentar, baik pujian maupun kritik. Setiap gerakan mereka dipantau, setiap kesalahan dibesar-besarkan. Mereka, yang masih belia, harus belajar cepat untuk menghadapi kenyataan bahwa di dunia sepak bola, kemenangan dan kekalahan bisa datang dalam hitungan detik.

Ini bukan tugas yang mudah. Untuk seorang remaja berusia 18 atau 19 tahun, beban seperti itu bisa terasa sangat berat. Mereka harus bermain dengan baik, menjaga performa, sambil mengatasi tekanan dari ribuan orang yang berharap besar. Indra Sjafri menyadari hal ini dan selalu menekankan pentingnya menjaga mentalitas yang kuat. Ia tahu bahwa permainan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga mental.

"Kita bukan hanya melatih tubuh mereka, tetapi juga pikiran mereka," kata Indra Sjafri dalam sebuah wawancara setelah pertandingan melawan Timor Leste.

Pertandingan Hidup dan Mati Melawan Yaman

Kini, perhatian tim dan seluruh bangsa tertuju pada pertandingan terakhir di Grup F melawan Yaman. Ini bukan hanya soal siapa yang akan lolos ke putaran final, tetapi juga soal menunjukkan siapa yang pantas memimpin.

Yaman adalah lawan tangguh. Mereka baru saja menang 3-0 atas Maladewa, menunjukkan bahwa mereka juga punya kekuatan yang tak bisa diremehkan. Namun, Indonesia memiliki modal penting: semangat yang tak pernah padam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun