Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik. Maverick. Freetinker.

Menulis tentang orang adalah perjalanan untuk menemukan keindahan dalam keberagaman. Setiap kisah hidup adalah sebuah karya seni yang layak untuk diabadikan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kakak, Siap Jadi Teman: Seni Mempersiapkan Anak Menyambut Adik Bayi

27 September 2024   19:17 Diperbarui: 27 September 2024   19:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh warna---kadang tenang, kadang ribut, tapi selalu penuh makna.

Ketika kita bicara soal menyambut kelahiran anak kedua, ini bukan sekadar soal menambah satu anggota keluarga. Ini soal mempersiapkan si kakak untuk menyambut adik bayi dengan hati yang lapang dan sukacita, bukan dengan rasa cemburu atau tersisihkan. Di sinilah seni merajut hubungan baru dalam keluarga berperan penting.

Bagi para orang tua, terutama yang baru pertama kali punya anak kedua, perjalanan ini bisa terasa mendebarkan. Di Indonesia, di mana budaya kekeluargaan erat dan kuat, kita terbiasa dengan peran kakak sebagai "penjaga" yang lebih dewasa, lebih tanggung jawab. Tapi realitanya, ketika bayi baru hadir, si kakak sering kali merasa bingung, "Kenapa perhatian mama-papa sekarang tidak lagi sepenuhnya untukku?"

1. Mulailah dengan Obrolan Santai: Kakak, Ada yang Baru Nih...

Komunikasi itu fondasi. Jangan tiba-tiba bawa pulang bayi tanpa ada pembicaraan sebelumnya! Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo menegaskan, "Anak-anak perlu waktu untuk mencerna kabar bahwa akan ada bayi baru di rumah." Ajaklah si kakak ngobrol, dengan bahasa yang ia mengerti. Beritahu sejak awal bahwa keluarga akan berubah, ada yang baru, tapi peran si kakak justru makin penting.

Seorang ibu bernama Ayu dari Surabaya berbagi kisahnya, "Waktu saya hamil anak kedua, saya ajak anak pertama saya untuk ikut 'merasa' ada adiknya di dalam perut. Setiap hari kami ngobrol sambil pegang perut. Itu bikin dia merasa terlibat sejak awal." Ayu mengajarkan anaknya bahwa kelak dia akan punya peran sebagai kakak, bukan hanya sebagai penonton dalam drama kehidupan ini.

2. Waktu Spesial untuk Kakak: Momen Kecil yang Bermakna Besar

Sekarang, setelah adik bayi hadir, sering kali fokus orang tua teralihkan---dan itu wajar. Tapi, jangan lupakan si kakak. Meski terlihat lebih mandiri, kakak tetap butuh perhatian. Dian, seorang ibu di Jakarta, berbagi trik sederhana: "Setiap malam, setelah bayi tidur, saya dan anak pertama saya punya waktu khusus. Entah itu membaca buku, atau sekadar ngobrol sebelum tidur."

Kenapa ini penting? Karena kakak perlu tahu bahwa meski ada adik, posisi dan cinta dari orang tua tetap tidak berubah. Mereka hanya butuh sedikit waktu eksklusif, seolah-olah dunia berhenti sejenak hanya untuk mereka.

American Academy of Pediatrics menegaskan, menjaga rutinitas bersama si kakak akan membantu mereka merasa tetap dihargai dan diperhatikan. Momen kecil seperti ini, meski tampaknya sepele, memberi dampak besar pada perasaan aman dan bahagia mereka.

3. Beri Kakak Peran: Ini Adik Kamu, Yuk Kita Jaga Bersama-sama!

Anak pertama sering kali merasa terpinggirkan setelah kelahiran adik bayi. Solusinya? Beri mereka peran penting! Bukan peran berat, tapi cukup untuk membuat mereka merasa terlibat dalam proses merawat bayi. Misalnya, ajak kakak memilih mainan untuk adik atau bantu mengambilkan popok. Sepele? Mungkin. Tapi bagi si kakak, ini memberi rasa bangga dan tanggung jawab.

Fajar, seorang ayah dari Yogyakarta, mengungkapkan pengalamannya, "Saya sering meminta anak pertama saya untuk mengambil handuk saat memandikan adiknya. Itu membuatnya merasa penting." Peran-peran kecil ini tak hanya menguatkan ikatan antara kakak-adik, tapi juga membangun rasa percaya diri si kakak sebagai bagian penting dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun