Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik. Maverick. Freetinker.

Menulis tentang orang adalah perjalanan untuk menemukan keindahan dalam keberagaman. Setiap kisah hidup adalah sebuah karya seni yang layak untuk diabadikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dimanfaatkan atau Dikenal Dunia? Fenomena Youtuber Asing yang 'Ngonten' tentang Indonesia

26 September 2024   11:47 Diperbarui: 26 September 2024   12:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara hiruk-pikuk media sosial, netizen Indonesia mungkin salah satu yang paling aktif di dunia. 

Entah di TikTok, YouTube, atau Instagram, tidak sulit menemukan video kreator asing yang membahas tentang Indonesia. Mulai dari menikmati rendang, menjelajahi Bali, hingga mencoba tantangan 'pedas gila' khas makanan Jawa, mereka selalu tampak terpesona oleh kekayaan budaya dan kuliner kita. 

Seringkali, konten ini menuai komentar yang penuh pujian, seperti "I'm proud to be Indonesian" atau "Indonesia memang luar biasa!" Tetapi di balik layar like dan komentar tersebut, ada pertanyaan yang menggantung: Apakah kita benar-benar dihargai, atau hanya dimanfaatkan?

Pertanyaan ini mencuat ketika sebuah video TikTok yang kebetulan lewat di hape saya dengan pernyataan tajam, "Netizen Indonesia itu bodoh, cuma dimanfaatin orang luar negeri." Kalimat ini memicu diskusi panjang di media sosial, membuat banyak dari kita bertanya-tanya: Kenapa banyak kreator asing yang senang membuat konten tentang Indonesia? Apakah mereka sungguh mencintai budaya kita, atau hanya melihat Indonesia sebagai sumber engagement dan uang?

Indonesia: Surga Konten Bagi Youtuber Asing

Ketika melihat bagaimana netizen Indonesia bereaksi terhadap konten asing, tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia adalah 'surga konten' bagi para kreator luar negeri. Dengan populasi lebih dari 272 juta jiwa dan penetrasi internet yang semakin tinggi, Indonesia menawarkan pasar yang sangat luas. 

Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite 2023, Indonesia memiliki lebih dari 212 juta pengguna internet, dengan sebagian besar dari mereka aktif di media sosial. Tingginya tingkat engagement ini menarik perhatian kreator internasional, yang menyadari bahwa konten tentang Indonesia dapat mendatangkan ribuan hingga jutaan views dan like.

Ambil contoh YouTuber terkenal seperti Drew Binsky. Kontennya yang sering membahas tentang budaya dan keindahan alam Indonesia selalu berhasil meraih jutaan views. Drew bukan satu-satunya. Ada Harald Baldr dan Bald and Bankrupt, dua nama besar lain di YouTube yang juga sering mengeksplorasi Indonesia dalam video mereka. 

Mengapa Indonesia? Tidak hanya karena keindahan alam dan budayanya, tetapi karena penonton Indonesia terkenal sangat 'engaged'. Kita mudah terbawa perasaan, memberikan pujian, dan menonton konten-konten ini hingga selesai. Tidak heran jika retention time --- waktu yang dihabiskan penonton untuk menonton video hingga akhir --- di Indonesia sering kali di atas rata-rata global.

Social Blade, situs yang melacak data YouTube, menunjukkan bahwa konten yang terkait dengan Indonesia cenderung mendapatkan engagement yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konten dari negara lain. Dari komentar-komentar yang bermunculan, jelas bahwa banyak netizen Indonesia yang bangga ketika negara mereka dibahas oleh orang luar. Sebuah video sederhana tentang menikmati nasi goreng, misalnya, bisa dibanjiri dengan ribuan komentar yang memuji kreator tersebut karena mengenalkan kuliner Indonesia.

Tetapi, apakah apresiasi ini tulus dari kreator, atau hanya alat untuk meningkatkan engagement mereka?

Konten atau Kalkulasi?

Saat kreator asing seperti Drew Binsky atau Harald Baldr membuat konten tentang Indonesia, ada dua hal yang bisa kita pikirkan. Pertama, mereka mungkin benar-benar tertarik dengan budaya dan masyarakat kita. Indonesia, dengan segala keanekaragaman dan keindahannya, memang menawarkan pengalaman yang unik bagi siapa saja. Dari wisata alam di Raja Ampat hingga kemeriahan festival budaya di Bali, Indonesia seolah memiliki magnet kuat bagi para wisatawan dan kreator.

Namun, di sisi lain, ada sisi yang lebih pragmatis. Kreator digital adalah pengusaha konten. Mereka mencari peluang untuk mendapatkan views, likes, dan tentu saja, penghasilan dari iklan atau sponsor. Tidak sedikit kreator yang menyadari bahwa membuat konten tentang Indonesia bisa mendatangkan engagement tinggi. Dan engagement yang tinggi berarti pendapatan yang lebih besar. Faktanya, kreator asing seperti Drew Binsky sendiri mengakui bahwa konten tentang Indonesia sering kali menjadi yang paling banyak ditonton di kanalnya.

Lalu, apa artinya bagi kita, netizen Indonesia?

Mengapa Indonesia Begitu Menarik?

Selain jumlah penduduk yang besar dan kecenderungan untuk terlibat aktif di media sosial, Indonesia menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar angka. Masyarakat Indonesia dikenal sangat ramah dan apresiatif. 

Ini terbukti dari bagaimana kita merespons kreator-kreator asing yang membuat konten tentang negeri kita. Setiap kali seorang kreator mencicipi makanan Indonesia atau memuji alamnya, kita merasa bangga. Kita membanjiri kolom komentar dengan pujian dan rasa terima kasih. Seringkali, kita bahkan berbagi video tersebut, membuatnya viral di kalangan kita sendiri.

Tetapi, apakah kita pernah berhenti dan berpikir: Apakah kita akan mendapatkan apresiasi yang sama jika kita yang membuat konten tentang budaya asing?

Seorang kreator Indonesia yang membuat konten tentang makanan khas Jerman atau festival di Inggris, misalnya, mungkin tidak akan mendapatkan engagement sebesar itu. Ini karena pola perilaku digital masyarakat di negara-negara tersebut berbeda. 

Masyarakat Indonesia, di sisi lain, cenderung lebih cepat memberikan apresiasi kepada konten yang menyentuh rasa kebanggaan nasional mereka. Ini adalah sesuatu yang disadari oleh para kreator asing, dan mereka dengan cerdas memanfaatkannya.

Overproud atau Promosi?

Menyikapi fenomena ini, ada dua kubu pandangan yang berkembang. Kubu pertama berpendapat bahwa kita, sebagai netizen Indonesia, terlalu mudah merasa bangga (overproud) dan memberikan apresiasi berlebihan. 

Kubu ini mengkritik bagaimana kita sering kali lebih mengapresiasi kreator asing yang membahas Indonesia daripada kreator lokal yang berjuang keras mengembangkan konten serupa. Mereka melihat fenomena ini sebagai bentuk eksploitasi emosional, di mana kreator asing hanya 'memanfaatkan' kebanggaan nasional kita untuk keuntungan finansial mereka sendiri.

Namun, ada juga kubu yang berpandangan positif. Mereka berpendapat bahwa semakin banyak kreator asing yang membuat konten tentang Indonesia, semakin dikenal juga negara kita di kancah internasional. Konten-konten ini, meskipun berorientasi pada views dan engagement, tetap memperkenalkan Indonesia ke audiens yang lebih luas. Dalam hal ini, kita bisa melihatnya sebagai bentuk promosi yang murah dan efektif bagi pariwisata dan budaya Indonesia.

Sebuah studi dari Universitas Indonesia menemukan bahwa konten yang membahas Indonesia, baik oleh kreator asing maupun lokal, secara tidak langsung berdampak positif pada sektor pariwisata. Semakin banyak orang yang melihat keindahan Indonesia melalui konten digital, semakin besar kemungkinan mereka tertarik untuk berkunjung. Ini berarti bahwa, meskipun kreator asing mungkin mendapatkan keuntungan finansial dari konten mereka, Indonesia juga mendapatkan manfaat berupa promosi budaya dan pariwisata.

Saatnya Lebih Kritis

Pada akhirnya, kita sebagai pengguna media sosial harus lebih kritis dalam menyikapi konten yang dibuat oleh kreator asing. Tidak ada salahnya merasa bangga ketika Indonesia dibahas, tetapi kita juga perlu menyadari bahwa tidak semua konten dibuat dengan niat yang tulus. Beberapa mungkin hanya melihat Indonesia sebagai 'ladang cuan', tempat di mana mereka bisa mendapatkan engagement tinggi dan, pada gilirannya, pendapatan yang lebih besar.

Mungkin sudah saatnya kita berhenti terlalu cepat memberikan 'like' dan mulai bertanya: Apakah konten ini benar-benar menghargai budaya kita, atau hanya memanfaatkannya?

Sebagai netizen yang cerdas, kita perlu lebih selektif dalam memberikan apresiasi. Kita juga harus lebih mendukung kreator lokal yang berusaha keras mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Karena pada akhirnya, kekuatan digital ada di tangan kita. Apakah kita akan terus menjadi 'ladang cuan', atau kita akan menggunakan kekuatan ini untuk mempromosikan karya-karya yang benar-benar bermakna?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun