Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Layar Ponsel, Jendela Dunia Baru, atau Lubang Hitam yang Menelan Waktu?

23 September 2024   09:47 Diperbarui: 23 September 2024   18:04 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: smiletutor.sg 

Berbicara soal HP, tidak mungkin lepas dari fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang kini begitu kuat mencengkeram generasi muda. Media sosial mempertegas ketakutan akan ketinggalan berita, tren, atau momen-momen penting dalam kehidupan virtual teman-teman mereka. Sebagai orang tua, saya juga merasakan keresahan ini. Akankah anak saya tertinggal secara sosial jika tidak diberikan akses pada teknologi yang sama seperti teman-temannya?

Saat kami akhirnya memutuskan memberikan HP untuk anak kami, ada perasaan ragu. Namun, kebutuhan sekolah menjadi argumen yang tak terbantahkan. Di usia 12 tahun, sekolah anak saya mulai memperkenalkan tugas-tugas yang membutuhkan aplikasi tertentu dan akses internet yang cepat. Kami pun membuat aturan: HP hanya boleh digunakan untuk keperluan sekolah dan komunikasi dengan orang tua. Di luar itu, waktunya dibatasi.

Tentu saja, kami sadar bahwa aturan semacam ini tidak bisa selalu diterapkan dengan sempurna. Anak-anak, dengan segala kecerdasannya, akan selalu menemukan cara untuk menembus batasan yang kita buat. Tapi setidaknya, memberikan HP pada anak kami dengan kontrol yang ketat adalah cara kami untuk tidak sepenuhnya melepaskan kendali.

Bersepeda dan Pilihan Lain

Terkadang saya berpikir, apakah HP dan teknologi adalah satu-satunya cara bagi anak-anak kita untuk belajar dan berkembang di era modern ini? Saya selalu mendorong anak saya untuk bersepeda ke sekolah---jauh lebih aman, sehat, dan ramah lingkungan dibandingkan memberikan motor atau sepeda listrik. Kami juga bersepakat untuk membatasi penggunaan teknologi saat di rumah, terutama sebelum tidur. Bersepeda adalah cara saya membangun kesadaran bahwa tidak semua kemajuan teknologi adalah solusi terbaik.

Namun, tetap saja, saya tak bisa sepenuhnya menghindari pertanyaan yang menghantui banyak orang tua modern: kapan waktu yang tepat untuk memberikan HP pada anak? Apakah ada batasan usia yang jelas? Jawabannya mungkin bervariasi, tergantung pada kebutuhan, lingkungan, dan budaya keluarga. Tapi satu hal yang pasti, kita perlu lebih dari sekadar alasan praktis untuk membuat keputusan ini.

Memberikan anak HP, seperti memberikan mereka kendaraan, bukan hanya soal alat. Ini soal tanggung jawab dan kesadaran akan dampak yang lebih besar. Dunia digital yang mereka masuki penuh dengan kemungkinan---baik dan buruk. Dan kita, sebagai orang tua, harus lebih cerdas dalam menuntun mereka melalui dunia yang semakin rumit ini.

Menavigasi Teknologi Bersama Anak

Akhirnya, waktu yang tepat untuk memberikan HP pada anak bukan soal angka atau usia tertentu. Ini tentang bagaimana kita, sebagai orang tua, menyiapkan mereka untuk menavigasi dunia teknologi yang serba cepat. Kita perlu menjadi bagian dari perjalanan digital mereka, bukan hanya sebagai pengawas, tetapi sebagai pemandu yang bijak.

Dalam dunia yang penuh distraksi dan potensi bahaya ini, keputusan kapan memberikan HP pada anak adalah salah satu langkah kecil yang bisa membantu mereka menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, bijak, dan sehat secara mental. Teknologi bukanlah musuh, tapi alat yang harus digunakan dengan penuh kesadaran. Dan kita, sebagai orang tua, punya peran besar dalam memastikan anak-anak kita tahu cara menggunakannya dengan bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun