Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik. Maverick. Freetinker.

Menulis tentang orang dan peristiwa adalah perjalanan untuk menemukan keindahan dalam keberagaman. Setiap kisah hidup adalah sebuah karya seni yang layak untuk diabadikan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup Itu Mau Cari Apa?

20 September 2024   23:47 Diperbarui: 21 September 2024   00:30 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu pertanyaan yang paling mendalam dan tak pernah lepas dari kehidupan manusia adalah: Hidup itu mau cari apa?

Pertanyaan ini tampaknya sederhana, namun membawa kita pada kedalaman refleksi dan permenungan.

Bagi banyak orang, hidup adalah perjalanan yang terus berjalan, di mana jawaban atas pertanyaan ini berubah sesuai dengan fase-fase yang mereka lalui.

Namun, adakah satu jawaban yang absolut? 

Jorge Luis Borges, seorang penulis dan filsuf asal Argentina, mungkin akan mengatakan bahwa: "Hidup adalah refleksi dari waktu, ilusi dari pilihan-pilihan yang sudah dibuat, dan kesadaran yang seringkali datang terlambat."

Dalam salah satu puisinya, Borges mengakui bahwa ia telah melakukan dosa terburuk yang bisa dilakukan seorang manusia: aku tidak berbahagia.

Refleksi ini bukanlah sekadar penyesalan pribadi, melainkan juga sebuah pelajaran penting tentang bagaimana kita menjalani hidup.

Apakah kita terus mengejar hal-hal yang kita anggap penting---karier, kesuksesan, pengakuan---tanpa menyadari apa yang sebenarnya kita cari?

Borges, dalam keindahan prosa yang puitis, mengajak kita melihat bahwa waktu tidak hanya sebuah kenyataan objektif, melainkan konstruksi subjektif pikiran kita.

"Hidup adalah serangkaian momen," katanya, "dan satu momen ketika seseorang menyadari siapa dirinya selamanya." Dalam konteks ini, pertanyaan tentang apa yang kita cari dalam hidup menjadi lebih rumit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun