hidup ini berlarut-larut tanpa arah, seakan kita hanya mengikuti aliran tanpa kendali?
Seberapa sering kita merasaSaya dulu sering merasakannya---seperti banyak dari kita. Hingga suatu hari, sekitar 16 tahun lalu, saya menemukan buku yang mengubah pandangan saya tentang bagaimana menjalani hidup secara efektif: The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey.Â
Buku ini tidak hanya menjadi panduan dalam kehidupan saya, tetapi juga menjadi landasan dalam perjalanan pribadi untuk menjadi versi terbaik diri saya.
"Sow a thought, reap an action; sow an action, reap a habit; sow a habit, reap a character; sow a character, reap a destiny."Â - Stephen R. Covey.
1. Proaktif: Mengambil Kendali atas Hidup
Ketika saya pertama kali membaca tentang kebiasaan pertama, Be Proactive, saya tersadar akan hal yang begitu mendasar namun sering diabaikan: kita selalu punya pilihan.Â
Covey menekankan bahwa menjadi proaktif bukan sekadar tentang mengambil inisiatif, tetapi tentang menyadari bahwa kita memiliki kendali penuh atas respons kita terhadap situasi apa pun.Â
Sebelumnya, saya sering merasa reaktif, mudah terpengaruh oleh lingkungan atau keadaan. Namun, Covey membantu saya memahami bahwa dengan proaktif, saya dapat memilih fokus energi saya pada hal-hal yang dapat saya kendalikan.
Misalnya, dalam menghadapi kritik atau tantangan, alih-alih tenggelam dalam frustrasi, saya mulai menerapkan prinsip ini.Â
Saya mengubah cara saya merespons, bukan lagi bereaksi secara emosional, tetapi dengan berpikir jernih dan memfokuskan perhatian pada solusi. Perubahan sederhana ini membuat saya merasa lebih berdaya dan tenang dalam menjalani hidup.
2. Mulailah dengan Akhir di Pikiran: Hidup dengan Tujuan yang Jelas
Bayangkan diri Anda di akhir hidup, merenungkan apa yang telah Anda capai. Apa yang ingin Anda ingat? Kebiasaan kedua ini mengajarkan saya untuk berpikir jangka panjang.Â
Dengan membangun visi yang jelas tentang tujuan hidup, saya bisa merencanakan langkah-langkah konkret untuk mencapainya. Covey menyebutnya sebagai mental creation, yaitu menciptakan visi akhir sebelum memulai tindakan nyata.
Saya mulai dengan menulis tujuan jangka panjang. Ketika tujuan itu jelas, saya lebih fokus dan bisa mengatur prioritas dengan lebih baik. Hidup saya menjadi lebih terarah, dan setiap langkah yang saya ambil terasa bermakna karena saya tahu ke mana saya menuju.
3. Dahulukan yang Utama: Manajemen Waktu yang Efektif
Sebagai seseorang yang sering merasa dikejar-kejar oleh tugas-tugas mendesak, Put First Things First menjadi kebiasaan yang paling berdampak pada keseharian saya.Â
Covey mengajarkan tentang pentingnya membedakan antara hal yang mendesak dan hal yang benar-benar penting. Saya menyadari bahwa tidak semua tugas yang mendesak harus didahulukan. Melalui prinsip ini, saya belajar mengatur prioritas berdasarkan dampak jangka panjang, bukan sekadar urgensi.
Saya mulai menggunakan matriks waktu Covey, membagi tugas-tugas saya ke dalam empat kuadran. Fokus saya sekarang lebih pada hal-hal yang penting, yang berkontribusi pada pencapaian tujuan jangka panjang, bukan hanya pada tugas-tugas rutin yang tampak mendesak.
4. Berpikir Menang-Menang: Kolaborasi Tanpa Kompetisi
Di dunia yang kompetitif ini, kita sering diajari bahwa untuk menang, orang lain harus kalah. Namun, Covey menantang pola pikir ini dengan memperkenalkan konsep Think Win-Win. Dia menekankan bahwa hidup tidak harus menjadi permainan zero-sum; kita bisa mencari solusi yang menguntungkan semua pihak.
Saya mencoba menerapkan prinsip ini dalam interaksi saya dengan orang lain, baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan pribadi. Saya mulai mencari cara untuk berkolaborasi dengan orang lain tanpa mengorbankan tujuan saya sendiri.Â
Hasilnya luar biasa; hubungan saya dengan kolega dan teman-teman menjadi lebih harmonis, dan saya belajar untuk melihat konflik sebagai peluang untuk pertumbuhan bersama.
5. Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti: Membangun Empati
Seringkali, dalam percakapan, kita lebih fokus pada bagaimana kita bisa didengar daripada bagaimana kita bisa mendengarkan.Â
Seek First to Understand, Then to Be Understood adalah kebiasaan yang mengajarkan tentang pentingnya mendengarkan dengan empati sebelum memberikan respons. Covey percaya bahwa komunikasi yang efektif dimulai dengan pemahaman yang mendalam terhadap perspektif orang lain.
Ketika saya mulai menerapkan cara saya, saya mendapati bahwa hubungan saya dengan orang-orang di sekitar saya semakin membaik. Dengan mendengarkan lebih baik, saya bisa memahami kebutuhan dan kekhawatiran mereka, yang pada gilirannya membantu saya memberikan tanggapan yang lebih tepat.
6. Sinergi: Menggabungkan Kekuatan
Covey menggambarkan sinergi sebagai pencapaian yang lebih besar daripada jumlah bagian-bagian individunya. Dengan synergizing, saya belajar menghargai perbedaan dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai solusi yang lebih baik daripada yang bisa saya lakukan sendiri. Ini menjadi kunci dalam tim kerja saya, di mana ide-ide yang berbeda justru memperkuat hasil akhir.
7. Asah Gergaji: Pembaruan Berkelanjutan
Kebiasaan terakhir ini adalah tentang memperbarui diri secara fisik, mental, emosional, dan spiritual. Tanpa menjaga keseimbangan ini, Covey berpendapat bahwa kita akan cepat lelah dan kehilangan motivasi. Saya sendiri menerapkan prinsip ini dengan menjaga kebiasaan sehat seperti berolahraga, membaca, dan merenung secara rutin.
The 7 Habits of Highly Effective People bukan hanya tentang kesuksesan profesional, tetapi tentang bagaimana menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.Â
Perjalanan kita di dunia ini tidak selalu mudah---saya menghadapi banyak tantangan dalam menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini. Namun, saya bisa mengatakan bahwa hidup saya berubah secara signifikan, dan saya percaya, Anda juga bisa merasakannya. Jadi, apakah Anda siap menjadi versi terbaik diri Anda sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H