Mohon tunggu...
Adi Arifin
Adi Arifin Mohon Tunggu... -

Saya bukan orang yang ambisius, tapi saya bekerja jauh lebih keras dari kebanyakan orang. Bukan karena saya ingin kaya, tapi saya menikmati setiap serpihan kecil dari apa yang saya dapatkan. Gagal itu cuma soal asumsi. Kenikmatan keluar dari sesuatu yang dikatakan orang sebagai kegagalan itu justru sungguh luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecewakah Penonton Kongres PDIP?

7 September 2013   10:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:14 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak yang nampaknya berharap-harap cemas dengan gelaran Kongres PDIP yang sedang berlangsung ini. Dan lucunya sepertinya yang berharap-harap cemas itu bukan hanya kader PDIP sendiri, tetapi juga sepertinya seluruh rakyat Indonesia. Partai-partai politik lain sepertinya meskipun berusaha "memasang muka" nggak peduli juga memantau dengan sangat cermat. Apalagi penyebabnya kalau bukan sosok Jokowi yang diharapkan banyak orang akan dinobatkan sebagai calon presiden dari partai besutan Bu Mega ini.

Tapi seperti yang saya perkirakan, Bu Mega memutuskan untuk tidak memenuhi harapan banyak orang tersebut. Beliau memilih untuk mempertegas sikapnya bahwa capres PDIP baru akan diumumkan setelah hasil pemilu legislatif. Tapi saya kira Bu Mega juga tidak ingin mengecewakan kader dan masyarakat luas yang mengharapkan sosok Jokowi akan menggantikan Presiden SBY selepas pemilu 2014 nanti. Dari banyaknya sinyal yang ditunjukkan baik dari pengkondisian, bahasa tubuh, dan isi pidatonya, sepertinya Bu Mega ingin memastikan bahwa pesan tersirat-nya dapat ditangkap dan difahami dengan jelas.

Saya kira adalah kebodohan jika Bu Mega mengumumkan calon presidennya sekarang-sekarang, terutama jika beliau memang sudah berketetapan hati memilih Jokowi. Syukurnya beliau kali ini mengambil langkah politik yang cerdas dan taktis. Menahan pengumuman resmi tetapi melempar sinyal-sinyal yang cukup jelas bahwa pada saatnya nanti, sosok yang diharapkan kader dan masyarakat untuk ditampilkan di dalam arena pilpres memang akan beliau "berikan".

Kalau Bu Mega mengumumkan pencalonan Jokowi sekarang, akan terbuka banyak waktu bagi lawan untuk "menembaki" Jokowi dan tentunya PDIP sendiri terkait komitmen menyelesaikan tugas membenahi Jakarta. Bahkan belum diumumkan saja kawan seperjuangan PDIP saat mengusung Jokowi-Ahok sendiri sudah menggunakan isu tersebut untuk menembak. Mereka juga akan semakin gencar berusaha menjegal program-program Jokowi, supaya dalam sekian bukan ke depan menjelang pilpres rakyat melihat Jokowi gagal memimpin Jakarta sehingga tidak layak memimpin negara.

Urusan jegal-menjegal ini mungkin memang bukan hanya tidak etis tapi keji. Menghalangi masyarakat - khususnya masyarakat Jalarta dan mereka yang mengais rejeki disana - untuk menikmati kehidupan yang lebih baik hanya untuk tujuan politik mereka. Tapi kan itu memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Dari kasus-kasus korupsi yang terbuka sekarang saja sudah jelas bagaimana sepak terjang politisi memainkan instrumen anggaran hanya untuk mendapatkan setoran.

Di sisi lain saya kira ada faktor yang mungkin membuat Jokowi menurun kinerjanya walaupun tidak dijegal. Jika beliau dicalonkan dari sekarang, sedikit banyak perhatiannya akan teralihkan untuk mempersiapkan diri, sementara kalau beliau belum dicalonkan, Jokowi akan fokus dengan tugasnya sebagai Gubernur, dan keberhasilannya itulah yang menjadi faktor yang dapat semakin mendongkrak elektabilitasnya, bukan kampanye konvensional yang membuang tenaga dan biaya tapi hasilnya sangat tipis.

Dari sisi Bu Mega sendiri tentu dia akan lebih flesibel memankan kartu. Toh kartu as sudah di tangan. Kalau dalam sekian bulan ke depan kinerja atau elektibilitas Jokowi justru menurun, beliau masih punya celah untuk memikirkan kembali.

Kalau dilihat dari sudut pandang ini, saya kira sebetulnya kader PDIP dan masyarakat yang mengharapkan Jokowi menjadi presiden pasca pilpres 2014 tidak perlu terlalu kecewa. Meskipun Bu Mega belum menobatkan Jokowi sebagai capres, sepertinya Jokowi sudah menjadi buah yang sangat matang, tinggal menunggu waktu pasti jatuh. Tentu jatuh dalam hal ini bukan masuk kotak tapi kita akan mendapatkan Jokowi sebagai presiden seperti yang kita harapkan, atau setidaknya akan dicalonkan PDIP sehingga akan masuk bursa.

Sisi Gelap

Itu dari sisi optimis dan saya termasuk yang optimis. Meskipun demikian ada beberapa teman dalam diskusi debat kusir sambil menyeruput kopi yang memiliki teori berbeda. Mereka berfikir justru Bu Mega sedang bermain untuk dirinya sendiri. Dengan memberi signal kuat bahwa beliau kelak akan mencalonkan Jokowi, rakyat akan memilih PDIP di pileg dengan harapan Jokowi akan dicalonkan dan kemudian terpilih. Sementara Bu Mega sendiri mereka yakini punya agenda lain. Pada saat PDIP menguasai pileg - dengan bantuan "Jokowi effect", justru beliau akan kembali mengikuti ambisinya untuk mencalonkan diri. Jokowi justru akan beliau keluarkan kalau hasil pileg jeblok.

Nah ... anda sendiri cenderung sependapat dengan saya yang meyakini skenario positif atau dengan beberapa teman saya yang justru berfikir sebaliknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun