Mohon tunggu...
Adi Aribowo
Adi Aribowo Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Talking About The Future With My Sweet Devil Mind

6 Mei 2012   05:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:39 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepintas saya teringat pertanyaan standar ala guru TK dulu, "kalau kalian besar kalian ingin menjadi apa?". "Pilot, tentara, polisi, dokter, presiden" itu jawaban kami, gerobolan radikal berusia 4 tahun yg masih suka meneriakan kata 'ibu' ketika mulai terancam oleh sekitar. Dulu kami beranggapan kalau dunia hanya seluas taman bermain kami, tidak lebih besar dari halaman tempat kami berlagak sok jadi mafia tingkat atas yg hanya dengan merengek kami bisa dapatkan dunia. Karena itu ketika guru TK bertanya tentang masa depan kami, hanya profesi" itu yg jd jawaban.

Kenapa? Sederhana, karena hanya itu yg kami tahu dan itu yg generasi awal tanamkan kepada kami. hal biasa di sini, ketika generasi pendahulu memaksakan ideologi mereka yang kadang tdk perlu kepada anak cucunya. Padahal jika bicara masa depan sebenarnya tidak harus selalu disangkutkan dengan profesi" diatas yang katanya paling 'hebat'. Paling hebat? Oh ya? Lalu benarkah dokter itu lebih hebat dan lebih mengagumkan dibanding kuli bangunan? Masyarakat yg hanya bisa membanggakan pemikiran jaman batunya pasti menjawab iya, tp coba lihat dan ayo berpikir di luar kotak, kalau kuli tidak ada, memang siapa yg mau membangun gedung sekolah kedokteran? Presiden mu? Sebenarnya tdk pantas anak TK seperti kami dulu mendapat hal yg memaksa kami berpikir bahwa ketika ada yg lebih baik, yg lain akan jadi sampah. Penyeragaman kotor seperti itu yg membuat tenggorokan saya gatal dan ingin teriak.

Masyarakat kita mungkin telah lama melupakan esensi masa depan itu sendiri, yg sebenarnya jauh lebih luas dari apa yg ada di dalam kepalanya. Masa depan itu sedetik setelah ini, besok, lusa, dan hari" setelah itu lengkap dengan kejadian yg kadang keluar dari area nalar kita. Yang terjadi nanti selalu diselingi masalah-masalah mengejutkan yang kadang tidak lucu lagi dan itu yang pantas kita selesaikan dan kita lawan, karena tanpa perlawanan kita tdk pernah mungkin sejauh ini bertahan. Dan saya jg tdk pernah tahu akan seperti apa besok ketika dewasa.

Mungkin akan jadi polisi liar yang ber-aura chuck norris yg membuat setiap remaja laki laki yang tengah mengencani pasangannya takut dan gemetar. Mungkin juga jadi ketua geng motor paling disegani yang setiap harinya menembus lusinan lampu merah, menarik gas sambil tangan kiri menggenggam botol bir hasil rampokan. Atau jadi seorang musisi punk rock yang tak segan sedikitpun menghantamkan badan gitarnya ke leher wartawan yang melecehkan ibunya dan terlalu jauh menjajaki wilayah privasinya. Bisa juga menjadi guru yang juga seorang psikopat yang sangat ahli menyembunyikan adiksinya terhadap alkohol dan obat obatan. Ketika isi kepala saya bekerja, kadang hal hal aneh nan mengejutkan seperti itu muncul. Manusia punya sisi hitam dan putih kan? tdk selamanya setan harus diam dan bosan, sambil mendengarkan malaikat menyanyikan lagu mengagumkan. Dan mungkin saya sedang ada di titik kebosanan itu. Ok, its just imagination. Tapi jika hal yang yang dianggap 'salah' bagi sebagian orang itu benar terjadi kepada saya, saya akan mencoba membesarkan hati, menjalani itu dan menerimanya selama itu adalah pilihan saya sendiri. Karena saya percaya dari kesalahan, kita bisa belajar dan lebih memahami untuk apa kita hidup di sini.

Jadi apa pun pilihan mu di masa depan, itu yg terbaik untukmu karena kamu yang akan jadi legenda untuk dirimu sendiri. Selama kamu belum jadi penakut yang hanya bisa menentukan arah berjalan berdasarkan jejak generasi sebelum mu, kamu akan dapatkan mawar dan segelas kehormatan, di masa depanmu. Goreskan masa depan mu sendiri, entah dengan pena atau pecahan botol, tak peduli dengan tinta atau darah, entah di jalanan, tembok penjara atau di kertas putih nan bersih, karena ini hidupmu yang harus kamu tentukan kemana lajunya.


"tanpa menghamba dibawah laju waktu, ciptakan area pertempuranmu, genggam belati dengan harapan abadi, dan jadilah penentu tunggal arah hidupmu sendiri."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun