Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Terduga Teroris Ditembak, Koruptor Hidup Enak

6 Januari 2014   12:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:06 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terorisme memang menjadi musuh semua orang. Meski berlindung atas ideologi Islam, perilaku teror memang tak bisa dibenarkan. Masyarakat Indonesia setuju jika teroris dibumihanguskan di Indonesia. Semua isme harus menjauhi tabiat teror ini. Kita tidak ingin generasi muda menjadi penerus para teroris yang sebagain besar sudah ditembak mati Densus Antiteror. Kita tidak ingin ada alasan, muslim di Myanmar yang dihamtan, pemeluk Buddha di Indonesia yang menjadi sasaran. Kita juga tidak ingin ada alasan, kaum muslimin di belahan dunia terintimidasi, pemeluk agama lain di Indonesia yang diganggu.
Yang unik adalah meski masih statusnya "terduga", para teroris itu menemui ajalnya di ujung senapan tentara Densus Antiteror. Padahal yang namanya terduga, kelasnya masih di bawah tersangka, terdakwa, dan terpidana. Bandingkan dengan banyak orang yang statusnya tersangka dan terpidana korupsi. Kok mereka tidak ditembak. Padahal, duit dan ekses yang ditimbulkan para koruptor itu jauh lebih banyak dari teroris. Para koruptor itu adalah teroris yang jauh lebih jahat. Ada banyak korupor teroris yang berkeliaran di luar sana. Banyak di antara mereka yang bebas, melenggang. Bahkan, ada yang sudah divonis, tapi tak mendekam di penjara. Kasus terakhir, kisah mahakoruptor Eddy Tansil yang kini diduga berada di China. Sejak divonis tahun 1996 karena penggelapan dana Bapindo dengan modus Golden Key Group, ia masih bebas sampai dengan sekarang.
Perlakuan terhadap koruptor ternyata berbeda jauh dengan para teroris bersenjata. Mestinya ada perlakuan yang adil. Kalau terduga teroris saja bisa dibunuh, mestinya tersangka korupsi, dipreteli kekuasaannya supaya mudah memeriksanya dan tak bisa menghilangkan barang bukti. Kasus Atut misalnya. Mengapa pemerintah, dalam hal ini, Presiden Yudhoyono, tidak memaksa Atut untuk turun dari kursi gubernur Banten? Mestinya Atut segera mundur. Ini berguna agar Atut tidakk menggunakan wewenangnya untuk berkelit dan menghilangkan barang bukti. Kalau kepada teroris bersenjata pemerintah tegas, mengapa kepada perampok uang rakyat tidak bisa. Apa istimewanya mereka?
Semestinya ada perlakuan yang sama antara teroris bersenjata dengan teroris koruptor. Kejahatan yang mereka lakukan punya dampak yang luar biasa di dalam masyarakat. Keduanya sama-sama punya efek yang buruk di masyarakat. Teroris bersenjata mengancam nyawa orang dan bangunan fisik, para koruptor memiskinkan anak bangsa lantaran uang negara dirampok oleh mereka.
Kalau teroris, dalam status terduga saja, sudah dibasmi, mestinya yang sudah divonis, mesti dihukum mati. Kalau yang teroris saja tanpa ada pengadilan bisa langsung digasak, masak kepada koruptor saja berbaik-baik. Koruptor yang masih cengar-cengir tanpa muka dosa, sudah pasti menjengkelkan banyak orang. Apalagi yang terus berkelit dari dakwaan. Kalau koruptor saja diberikan hal untuk menyewa pengacara, mestinya buat terduga teroris juga demikian. Jangan dibedakan. Tegasnya, kita tak ingin ada perlakuan berbeda antara teroris dan koruptor. Jangan sampai terduga teroris ditembak, tapi koruptor di penjara malah hidup enak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun