Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ketawa Cerdas ala Liputan9

6 Mei 2012   10:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:38 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Tim penjemput KPK akan bujuk Neneng pulang dengan membawakan lagu 'Neneng Nong Neng."
"KD akan rilis single khusus untuk Aurel 'Menghitung Mantan'."
"Chelsea rayakan kemenangan dengan bernyanyi "Pelangi di Matteo-mu."
"Liputan9 mengutuk segala bentuk kekerasan kecuali yang diperjuangkan oleh On Clinic."
"Aa Jim: Dibanding rumah ibadah, orang lebih banyak tobat di penjara."
"Pembekuan rekening Angie belum juga terlaksana. KPK: Kulkas lagi diservis."

Siapa sih yang enggak ketawa atau minimal senyum membaca kiriman tweet dari akun Liputan9 ini. Sampai tulisan ini dibuat, pengikut akun ini mencapai 117.372 orang.

Akun yang pertama memposting pesan pada
15 Februari 2012 ini memang unik. Lucu. Segar. Dan kita mengingat kembali dengan aktualitas yang tengah terjadi. Memang tidak semua tweet diproduksi redaksi Liputan9 yang merupakan dagelan untuk Liputan6 ini. Ada juga follower yang mengirim. Dan nama penulis aslinya tetap dicantumkan.

Buat saya, fenomena Liputan9 ini menarik. Sebab, ini memberikan kita hiburan yang segar dan cerdas. Mau tak mau, dengan memperhatikan setiap tweet akun ini kita diingatkan dengan peristiwa yang sedang hangat. Dengan itu pula, kita dirangsang untuk kreatif.

Dan jujur saja, melawak, dolanan, melucu dan sejenisnya tidak mudah. Apalagi jika kekuatan lucu itu ada pada teks. Sungguh pekerjaan yang sulit. Alih-alih melucu, malah terasa garing. Jika demikian, nawaitu melucu kita tak sampai tujuan. Apalagi humor Indonesia lebih kepada menjual fisik, jatuh-jatuhan, dorong-dorongan, dan sebagainya. Dan sampai saat ini, Liputan9 itu berhasil merangsang saraf kelucuan kita bergetar.
Yang jelas, saya dan ratusan ribu follower akun itu senang mendapat asupan informasi yang lucu, humoris, segar, cerdas, dan nakal. Bahkan sesekali menyerempet seksualitas.

Tapi itu tak masalah. Seolah-olah semua tweet-nya mencakup kebutuhan manusia. Memang tak selamanya setiap kicauan akun itu lucu. Ada yang terkesan terlalu mengada-ada, garing, lebay, dan sejenisnya. Mungkin mirip juga dengan penulis dan bloger yang tidak setiap tulisannya bagus. Kadang kurang baik.

Dunia jejaring tentu senang dengan kehadiran akun semacam ini. Bahkan akan lebih bagus jika banyak yang serupa itu. Tinggal tingkat kesegaran gagasan yang dihumorkan itu yang perlu diasah. Because what? Sebab, kita juga butuh ide yang cerdas dan segar saat sebuah pesan dikicaukan. Saya tadinya sempat beranggapan, semua kicauan Liputan9 tidak serius. Namun, anggapan itu pupus ketika ihwal kicauan berkaitan dengan kematian. Saat Wamen ESDM wafat, kicauan akun ini sungguh serius: "Segenap tim redaksi Liputan9 mengucapkan turut berdukacita atas wafatnya Bapak Wamen ESDM Wijajono Partowidagdo. He Was A Great Man."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun