Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini di Antara Pesona Dua Siti

21 April 2012   01:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:20 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat Hari Kartini buat semua perempuan Indonesia! Dengan rahmat Allah, perjuangan Kartini yang mengusung emansipasi buat kaum perempuan menemui kesuksesan yang besar. Kini semua perempuan bisa berkiprah di mana saja. Ragam profesi yang dulu didominasi laki-laki kini mulai bisa ditaja perempuan. Kalau dulu sopir cuma dilakoni laki-laki; kini ada juga perempuannya. Jika dulu tentara dan polisi banyak laki-laki, sekarang perempuan mulai mengimbangi. Bahkan polisi perempuan kini menjadi "senjata" Polri dalam menangani pengunjuk rasa. Bahkan ada banyak pekerjaan dan profesi yang lebih pas dipegang perempuan ketimbang bangsa Adam. Kartini pada titik ini berhasil mendorong perempuan agar sejajar dengan pria.

Kartini memang mati muda. Tapi usia sejarahnya melampaui batas usia biologisnya. Dan itulah ciri khas seorang pahlawan. Ia boleh mati, tapi karyanya tetap bisa dinikmati. Kumpulan suratnya kepada Nyonya Abendanon di negerI Belanda sekarang bisa kita baca sejelas-jelasnya. Itulah buah pemikiran Kartini yang visinya melampaui zamannya. Idenya agar Agus Salim mendapat beasiswa Pemerintah Hindia Belanda juga bukti ia berpikir tak selazimnya perempuan di masa itu. Saat di mana perempuan terkungkung, ia justru melakukan perlawanan meski tak hilang sifat welasnya sebagai perempuan Jawa.
Kartini memang memesona. Ia seperti berada dalam dua kutub berbeda. Ia melawan kesewenangan pada zamannya sekaligus manut saat dipingit dan "dipaksa" menikah sebagai bukti kepasrahannya pada sistem yang dulu mengungkungnya. Yang menarik ialah cakrawala berpikir Kartini demikian luas. Dan itu lahir dari aktivitas korespondensinya dengan beberapa perempuan di tanah Eropa.

Kartini memang memesona. Pikirannya, cara pandangnya, kebagusan tulisannnya membuat banyak orang kagum, menaruh simpati, dan empati. Dan sedikit banyak, perjuangan Kartini membuka labirin gelap kaum perempuan Bumiputra.
*
Dalam jagat hiburan, ada banyak perempuan yang punya kiprah. Mereka menyanyi, berakting, menari, dan sebagainya. Menjadi selebtiti atau sosialita. Dan galib dalam dunia hiburan, para perempuan kerap tampil seksi ketimbang menunjukkan talenta diri. Tapi ada yang masih menunjukkan martabatnya sebagai perempuan tapi tidak abai dengan kualitas di panggung hiburan. Anda kenal Siti Nurhaliza. Ya, ia memang tak asli Indonesia. Tapi kalau pendekatannya ras Melayu, Siti sama dengan kebanyakan orang Indonesia. Namanya memang sudah tak lagi sering diperbincangkan. Tetapi lagu-lagunya masih akrab di telinga kita. Cindai salah satunya. Apa kekhasan seorang Siti? Anda benar. Ia mempunya karakter vokal yang bagus dan sopan dalam berpakaian. Kesopanannya malah membuat penyuka Siti makin kesengsem. Siapa tak suka kalau ada penyanyi cantik, ramah, bersuara emas, memikat, memesona, tapi tetap anggun dalam berpenampilan. Seorang teman bercerita, suatu waktu ia menonton Siti Nurhaliza di televisi. Saking terkagumnya, istrinya menegur saja tak digubris. Istrinya geleng-geleng kepala seraya berujar, "Bang, Bang, kalau nonton Siti Nurhaliza segitunya amat. Istri lewat saja tidak tahu."

Tapi benar. Saya pun demikian. Mungkin karena mengerti, istri saya pun kalau ada Siti menyanyi di televisi, sering berujar, "Tuh, idolanya lagi nyanyi."

Siti memang menawan. Saya tidak tahu apakah ia kenal dengan Kartini. Tapi dugaan saya ia tahu sedikit. Benyamin Sueb saja ia tahu, apatah lagi pahlawan besar semacam Kartini.

Di Tanah Air, masih banyak penyanyi, artis yang masih menjaga kesopanan dan dengan talenta yang luar biasa. Satu di antaranya Siti KDI. Adik kandung Cici Paramida ini juga tak abai dengan kesopanan. Sama seperti Nurhaliza, Siti KDI ini juga piawai menyanyi, sopan dalam berpakaian. Cantik dan menarik, sudah tentu. Apresiasi kami buat mereka.
Nurhaliza dan Siti KDI serta seabrek artis perempuan lain barangkali tak sadar, penampilan mereka yang anggun membuat publik punya pilihan. Pilihan pada tayangan yang sarat hiburan tetapi mengedepankan laku sopan di atas pentas. Bukan sekadar tampil seksi, berani, dan penuh sensasi.

Tampilnya selebriti yang penuh talenta tapi tetap memperhatikan integritas barangkali akan menjadi barang yang langka. Tapi yakinlah, penyuka dunia hiburan masih mendambakan pekerja hiburan yang mementingkan kualitas ketimbang sensasi.

Duo Siti itu bisa jadi tak menyadari, pilihan mereka menutup aurat dengan baik menjadi kontribusi dalam jagat moral. Kita mesti mengapresiasi adanya pekerja hiburan yang konsisten dengan karyanya dan ketat dalam norma. Kita memang tak tahu di luar itu mereka seperti apa. Tapi paling tidak, dandanan mereka di atas panggung hiburan memberikan warna tersendiri. Saya juga tak berpretensi apakah mereka menjadikan Kartini sebagai pangkal tolak berpijak. Artinya, mereka berlaku demikian karena menghormati nama baik perempuan dan kejuangan seorang Kartini. Atau bahkan itu pilihan sadar mereka atas nama moral dan etiket saja. Tapi buat saya, itu sudah lebih dari cukup. Dunia hiburan masih membutuhkan yang seperti itu. Yang bertalenta. Cantik. Anggun. Memesona. Dan ketat dalam norma dan kesopanan. Mungkin tidak buat Anda, tapi itu penting buat saya. Setidaknya, Kartini ada di antara pesona dua Siti itu. Atau sebaliknya. Selamat Hari Kartini. Wallahualam bissawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun