Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Herbal Indonesia: Identitas dan Keunggulan Komparatif Nusantara

27 Mei 2014   05:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:04 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekayaan herbal Indonesia diklaim terbesar di dunia. Hampir 95 persen produksi herbal dunia, bisa diproduksi di Indonesia. Sebab, kekayaan bahan baku herbal di Indonesia cukup lengkap. Dan kehadiran Kuldon Sariawan yang diproduksi Deltomed menjadi bukti betapa herbal Indonesia bisa menegaskan identitas Nusantara. Dan, juga menegaskan, Indonesia punya keunggulan komparatif atas produk bangsa lain.

Demikian benang merah dari Kompasiana Nangkring bersama Kuldon Sariawan, yang ditaja Kompasiana pada Sabtu, 17 Mei lalu di The Cone-FX Lifestyle Center lantai 7, Jalan Jenderal Sudirman-Pintu Satu Senayan, Jakarta.

Ratusan bloger Kompasiana yang akrab disapa Kompasianer hadir dalam acara ini. Kompasianer yang hadir adalah para pemenang dari sesi pertama rangkaian lomba ngeblog yang diadakan blog terbesar di Indonesia ini, bekerja sama dengan Deltomed. Saya beruntung bisa diundang dalam acara ini. Meski agak jauh dari Bandar Lampung, kehadiran saya dalam acara ini setidaknya membuat saya bertambah pengetahuan soal herbal. Dan yang menarik, saya bisa bertemu dengan banyak Kompasianer yang karyanya selama ini saya baca.

Dalam acara yang dipandu Mbak Veve, seoarang penyiar radio terkenal di Jakarta, panitia menghadirkan tiga panelis yang berkompeten di bidangnya. Yang pertama ialah Nyoto Wardoyo, Presiden Direktur PT Deltomed Laboratories. Pembicara kedua ialah Dewi Priandini, doktor sekaligus dokter ahli penyakit mulut dari Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sedangkan pembicara ketiga ialah Abrijanto, seorang doktor dan dokter dari Business Development Manager PT Deltomed Laboratories.

Dalam paparan yang dibantu slide di layar lebar, Nyoto mengatakan, korporasinya memang menempatkan herbal sebagai bahan baku utama. Sebab, khazanah kekayaan herbal di Indonesia sangat unggul. Sayang jika dengan kekayaan yang besar itu, korporasi tidak menjadikan itu sebagai bahan baku utama. Nyoto mengklaim, Kuldon Sariawan yang diproduksi Deltomed memiliki khasiat yang ampuh untuk menyembuhkan sariawan. Penyakit ini acap dianggap biasa oleh masyarakat. Padahal, jika berlarut, akan menimbulkan gangguan kesehatan yang serius. Untuk itulah, pihaknya merekayasa bahan baku herbal dengan teknologi yang canggih untuk menghasilkan Kuldon Sariawan.



Nyoto menuturkan, Deltomed menyusun program produksi Kuldon Sariawan ini ke dalam empat tahapan: formula Kuldon Sariawan, quality assurance yang andal, teknologi produksi terkini, dan sistem manajemen mutu yang berkelanjutan. Ia memerinci, dalam tahapan formula, setiap tablet dengan konten 650 mg mengandung total ekstrak dari 420 mg Abri folium (daun saga manis), 280 mg Licorice (akar manis), 280 mg Thymi herbal (herba timi), 280 mg Chrysanthemi flos (bunga seruni/krisan), dan 208 mg Imperatae rhizoma (alang-alang).

Nyoto bilang, dengan komposisi itu, setiap kali kena sariawan, dua tablet bisa diminum sekaligus. Selain efek pengobatannya, efek menjaga kesehatannya juga tinggi. Sebagai produk herbal, Kuldon dipercaya bisa mengobati sariawan, melegakan pernapasan, membikin lambung nyaman, dan menyegarkan. Masih kata Nyoto, dalam quality assurance yang andal, pemeriksaan mutu untuk beberapa item. Yakni, simplisia: sesuai Farmakope Herbal Indonesia. Kedua, ekstrak: organoleptis, kadar air, mikrobiologi, dan identifikasi. Ketiga, tablet: organoleptis, kadar air, waktu alir, bulk density, kesera, waktu hancur, friability, mikrobiologi, dan kandungan zat aktif (glycyrrhizin).

Untuk teknologi produksi terkini, Nyoto mengklaim, yang dilakukan korporasinya adalah yang terbaik. Dalam tahapan ekstraksi misalnya, pihaknya melakukan yang terbaik dan menggunakan metode paling canggih. Sehingga, jenis solvent, temperatur, kecepatan aliran, rasio solvent, waktu maserasi, waktu perkolasi, dan ukuran plant material bisa dilakukan seoptimal mungkin. Inilah kunci awal produk Kuldon Sariawan punya mutu yang tinggi. Proses produksi berikutnya ialah vacuum belt dryer. Di proses ini, bahan baku dikeringkan sampai kadar airnya di bawah 5 persen. Adapun parameter prosesnya dengan memperhatikan detail waktu, suhu, dan tekanan. Nyoto mengemukakan, teknologi yang digunakan ialah steam jet ejector. Dengan teknologi ini, tekanan sistem dibuat hingga 40 mbar. Sistem pengeringan pun dilakukan sekontinu mungkin. Sedangkan untuk evaporasi, lanjut Nyoto, dilakukan proses pemisahan antara zat terlarut dengan solvent sampai kasar air tertentu. Pada fase konsentrasi ini, dilakukan sistem evaporasi yang menggunakan sistem vakum sampai dengan 1.500 mbar atau setara titik didih air di bawah 60 derajat Celsius. Usai itu, produk dikemas dengan mekanisasi yang terjaga mutunya. Bisa dibilang, sedari awal hingga akhir, produk Kuldon Sariawan ini terjaga kualitasnya.

Agar lebih paripurna, urai Nyoto, korporasinya juga mengusung sistem manajemen mutu terpadu yang berkelanjutan. Di poin ini, sertifikasi halal, standar sesuai dengan ISO 9001-2008, dan sertifikat cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) dijaga secara benar. Dengan demikian, kata Nyoto, produk ini bisa dinikmati dengan nyaman oleh masyarakat.

Abrijanto, dokter yang juga Business Development Manager PT Deltomed Laboratories, menambahkan, khasiat herbal Indonesia setara, bahkan lebih tinggi ketimbang obat konvensional. Ia mengemukakan, jika obat konvensional punya efek lain terhadap organ tubuh, produk herbal tidak demikian. Namun, proses penggunaan herbal pun mesti dipahami dengan baik oleh masyarakat. "Akar alang-alang memang menjadi salah satu produk dalam Kuldon. Namun, prosesnya mesti benar. Alang-alang itu kan lekat dengan tanah. Kalau prosesnya tak higienis, khasiatnya tak bakal terasa. Alih-alih bikin sakit. Kalau Kuldon Sariawan, dijamin diproduksi dengan higienis. Sehingga, khasiat herbalnya terjaga," ujar Abrijanto.

140111805649605523
140111805649605523

Abrijanto mengemukakan, obat herbal kini menjadi tren di Indonesia. Masyarakat sedikit banyak memiliki kesadaran terhadap pengobatan. Mereka mencari obat yang tidak berdampak buruk untuk kesehatan di masa mendatang. Dan herbal, ujar dia, memiliki spesifikasi yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Khususnya dalam mengobati sariawan orang Nusantara. Abrijanto memerinci bahan herbal yang terkandung dalam Kuldon Sariawan. Dengan pemaparan yang padat dan slide di layar lebar, Abrijanto menjelaskan gamblang soal bahan herbal yang terkandung di dalam Kuldon Sariawan. Kata Abrijanto, Kuldon mengandung akar dan daun saga. Saga rambat yang bernama latin Abrus precantorius L berkhasiat menurunkan panas, antiradang, dsn peluruh kencing. Daun saga berkhasiat menyejukkan kulit dan selaput lendir. Kegunaan dalam farmasi, urai dia, ialah punya efektivitas ekspektoran karena adanya gliserin yang memacu sekresi mukosa dan trakea.

Kuldon juga mengandung bunga seruni stau krisan yang punya nama Latin Chrysanthemi flos. Tumbuhan semak ini tumbuh subur di tanah gembur atau bertekstur liat, berpasir, cukup sinar matahari, dan drainase yang baik. Seruni ini berkhasiat sebagai antikuman, mengobati gangguan saluran pernapasan dan saluran percernaan. Kemudian, Kuldon juga mengandung akar manis (Licorice). Tanaman dengan batang mendatar, warna cokelat kemerahan (luar) dan kuning (dalam) ini punya kandungan bahan aktif berupa saponin triterpen, glisirizin, dan flavonoid. Adapun khasiatnya ialah antiinflamasi dan pemanis alami.

Abrijanto menambahkan, Kuldon juga berkonten Thymi vugaris L yang daun dan bunganya dimanfaatkan dalam tablet ini. Ia berkhasiat meredakan batuk, antijamur, dan antibakteri. Sedangkan akar alang (Imperata Cylindrica L Raeuschel) diambil rimpang dan daunnya sebagai bahan baku Kuldon. Bahan baku ini punya kegunaan sebagai antipiretik, antihipertensi, dan diuretik. Abrijanto mengklaim hampir semua bahan herbal pembuat Kuldon itu ada di Indonesia. Dengan begitu, bahan baku sangat melimpah. Dengan ketersediaan itulah, Indonesia bisa menjadi negeri penghasil obat herbal terbesar di Indonesia.

Saya kebetulan dalam sesi tanya jawab mengemukakan, dengan kekayaan yang luar biasa, ikhtiar Deltomed ini semestinya diikuti korporasi lain. Kita harus menjadikan herbal khas Indonesia ini sebagai keunggulan komparatif. Saat negara lain tidak menjadikan ini sebagai sesuatu yang utama dan masih fokus pada obat konvensional, Indonesia mesti bergerak. Kita mesti menjadikan ini sebagai hal yang membanggakan. Indonesia harus punya keunggulan komparatif dalam bidang pengobatan herbal.

Pembicara lain dalam Kompasiana Nangkring bertajuk "Jangan Anggap Remeh Sariawan" ini ialah Dewi Priandini. Doktor cum dokter ini didapuk sebagai pembicara awal. Cara bicara yang hangat serta penampilan yang keren, menjadikan pembicara perdana ini mampu menarik minat Kompasianer untuk mendengarkan saksama. Dewi menuturkan, sariawan itu dalam bahasa kedokteran disebut dengan stomatitis aphtosa. Jika didefinisikan: keadaan ulserasi inflamasi mukosa mulut yang dapat menyebabkan rasa sakit pada saat makan, menelan, dan berbicara. Penyebab pasti sariawan, kata Dewi, secara etiologi memang belum diketahui. Siapa saja bisa terkena gangguan yang menyerang bagian mulut ini. Namun, kata dia, faktor predisposisi yang kemungkinan menyebabkan sariawan ialah alergi, trauma, makanan, genetik, mikro-organisme, streptococcus, dan virus.

Ada yang menarik disampaikan dokter ini. Ia bilang, sebagian besar masyarakat Indonesia, kalau sedang sikat gigi, belum puas kalau busa pasta gigi belum berlimpah. "Kalau busa belum berbuih, rasanya belum afdal ya, teman-teman Kompasianer?" Serempak Kompasianer menjawab: iya. Nah, hal semacam itu, kata Dewi, bisa menimbulkan sariawan. Mengapa demikian? Sebab, sodium lauryl sulfat yang terkandung dalam pasta gigi bisa memicu sariawan. Maka itu, saat menyikat gigi, asal semua bagian sudah disikat, sudah cukup. Tak perlu menunggu sampai berbuih-buih. Dalam konteks traumatik, menyikat gigi juga memicu sariawan. Umumnya, kalau kita sedang semangat menyikat, ujung sikat kadang menumbuk daging di dalam mulut. Hasil tumbukan itulah yang akhirnya memunculkan luka berwarna putih yang kemudian disebut sariawan. Jika itu terjadi, perihnya luar biasa dan mengganggu aktivitas.

[caption id="attachment_325816" align="aligncenter" width="300" caption="Dokter Dewi Priandini dengan lugas memberikan pengertian soal sariawan."]

1401118189978375268
1401118189978375268
[/caption]

Faktor lain yang juga acap memicu sariawan, urai Dewi, ialah stres. Stres umumnya menyerang penduduk kota yang punya beban hidup yang tinggi. Mereka yang bekerja dalam tekanan yang tinggi, biasanya terserang sariawan. Stres, ungkap dia, juga memicu sulit tidur. Ini makin kuat menyebabkan sariawan. "Saya sarankan agar menghindari stres, menjaga pola makan yang baik, dan berolahraga secara teratur. Intinya ya pada pola hidup yang baik. Dengan begitu, peluang terjadinya sariawan bisa diminimalkan," kata dia.

Ia melanjutkan, pemberian obat, termasuk Kuldon Sariawan, sangat dianjurkan. Tujuannya, mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan, khususnya untuk tipe mayor. Acara Kompasiana Nangkring ini juga dilanjutkan dengan tanya jawab. Selain saya dan Mbak Ngesti, Kompasianer Joshua Limyadi mengajukan pertanyaan yang menarik. Joshua bertanya, mengapa pilihan tablet ini bernama "Kuldon". Ia menduga, ada peran bahasa Inggris dalam pemilihan ini. Dengan bahan baku herbal yang rata-rata bersifat "mengademkan", ia memprediksi diksi "Kuldon" ini ada hubungannya dengan cool down yang terjemah bebasnya rehat, reda. Bentuk verbanya: meredakan.

Menjawab ini, Nyoto Wardoyo secara berseloroh mengiyakan prediksi Joshua. Apalagi, nama "Kuldon" itu enak diucap dan didengar. Ia sepakat, lantaran tablet ini meredakan, namanya kemudian dibikin mirip dengan cool down sehingga terdengar "kuldon". Nyoto, Abrijanto, dan Dewi satu suara soal penggunaan herbal sebagai obat khas Indonesia. Kekayaan khazanah herbal Indonesia bisa membuat Indonesia menjadi negara nomor satu dalam produksi herbal dunia. Ditunjang kesadaran penduduk Indonesia terhadap obat-obatan herbal. Apalagi, jika semakin banyak korporasi yang memproduksi herbal ini. Tentu syaratnya, menjaga kualitas produk agar aman dikonsumsi masyarakat Indonesia dan dunia.

*

Acara Kompasiana Nangkring kali ini juga disemarakkan dengan beberapa permainan. Ada permainan menyusun puzzle, menyusun dan menulis bahan herbal, serta kuis untuk Kompasianer paling produktif berkicau di Twitter selama acara. Untuk Kompasianer paling banyak ngetwit diraih Dzulfikar. Ia beberapa kali memang memenangkan kompetisi ngeblog di Kompasiana. Sewaktu lembar Freez masih ada di Kompas setiap Rabu, twit Dzulfikar acap muncul. Oh iya, atas keberhasilannya ini, Kompasianer yang juga guru di Tangerang ini mendapat tiket emas wisata gratis ke Solo dan berkesempatan mengunjungi pabrik Deltomed. Sembilan Kompasianer lain akan menemani Dzulfikar yang itu diambil dari pemenang lomba reportase Kompasiana Nangkring kali ini. Tulisan ini juga berikhtiar merebut satu dari sembilan tiket yang tersisa. Selain itu, tiga Kompasianer juga beruntung mendapatkan ponsel cerdas dalam undian doorprize.

Dalam rilis yang diberikan panitia kepada setiap peserta Kompasiana Nangkring, ditulis, Deltomed berupaya mengedukasi masyarakat Indonesia agar akrab dengan herbal. Peluncuran produk Kuldon Sariawan, diharapkan menjadi momentum bangkitnya kesadaran orang Indonesia akan arti pentingnya herbal. Selain itu, Deltomed berupaya menyebarluaskan khazanah herbal Indonesia ini dalam bentuk tulisan yang tersebar di media sosial, semacam blog. Dan lomba menulis reportase Kompasiana Nangkring ini menjadi satu ikhtiar yang direspons bagus oleh Kompasianer. "Semoga ini makin membuat kita cinta dengan produk herbal khas Indonesia," tutup Nyoto Wardoyo. Seolah menegaskan, herbal Indonesia adalah identitas asli Nusantara. Dan, keunggulan komparatif kita di atas bangsa lainnya.

[caption id="attachment_325819" align="aligncenter" width="300" caption="Tiga pembicara"]

14011183651625002300
14011183651625002300
[/caption]

(Catatan:  Saya sudah berusaha memposting beberapa foto yang sudah saya kompres sampai 50-an kilobyte. Namun, foto tetap tak muncul. Mohon maaf kurang sempurna)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun