Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Fiksi Humor Ramadan, Dari Kurma Nabi Sampai Nenek Tak Masuk Surga

12 April 2023   12:17 Diperbarui: 12 April 2023   12:27 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari nu.or.id

Bahan humor tentu banyak sekali meskipun mesti lama memikirkan apa yang akan ditulis. Semua bahan ini pernah saya baca, saya dengar, atau saya selintas ingat. Entah bahan-bahan itu kini ada di mana. 

Yang jelas, sebagai sebuah penafian atau disclaimer, semua humor fiksi ini bukan murni dari pikiran saya. Ini sudah pernah saya dapat berbilang tahun yang lampau. Beberapa di antaranya dari ceramah Dai Sejuta Umat KH Zainuddin Mz. Semoga bermanfaat.

Biji Kurma Nabi

Sewaktu Nabi Muhammad saw sedang berbincang dengan sahabat lain, kudapan mereka adalah kurma. Ada Ali bin Abi Thalib di samping ini. 

Usai makan kurma, Ali iseng menggeser biji kurma ke hadapan Nabi. Sehingga, biji kurma di depan Nabi lumayan bertumpuk. Sahabat lain tidak ada yang memperhatikan.

Kemudian Ali mencandai Nabi. Ia bilang kepada sahabat lain.

"Alangkah lahap Nabi kita makan kurma. Sampai bertumpuk-tumpuk biji kurma di depannya."

Sahabat lain tertawa. Mereka melihat di depan Nabi memang bertumpuk biji kurma.

Nabi tersenyum dan membalas candaan Ali.

"Mana yang lebih lahap? Saya atau Ali. Saya makan kurma masih tersisa bijinya. Ali makan kurma, sampai bijinya pun dia makan. Maka tak ada biji kurma di depannya."

Sahabat lain makin geli mendengar argumentasi cerdas Nabi. Ali juga tersenyum karena candaan Nabi kali ini memang berkelas. []

Tak Tahu Juz Alquran

Waktu ada safari Ramadan, pejabat daerah keliling ke kampung-kampung. Termasuk ke pondok pesantren. 

Demi menghormati rombongan pejabat itu, pihak ponpes mengadakan acara. Semacam dialog kecil akan diadakan usai pemberian hadiah kepada santri yang sudah hafal 30 juz.

Tiba giliran pemberian hadiah. Pembawa acara mempersilakan pejabat untuk naik ke panggung dan memberikan hadiah. 

Si pejabat dengan muka cerah naik dan siap memberikan hadiah. Ia bertanya kepada seorang santri. Begini kira-kira dialognya.

Pejabat: Selamat ya Dik sudah banyak hafal juz Alquran

Santri: Terima kasih, Pak.

Pejabat: Sudah berapa juz yang dihafal?

Santri: Sudah 30 juz, Pak

Pejabat: Wah bagus sekali. Jadi, tinggal berapa juz yang belum hafal? []

Pesta Madu

Seorang raja akan mengadakan pesta madu. Ia suruh prajurit kasih tahu ke semua warga untuk menyumbangkan madu terbaik di sebuah tong besar di halaman kerajaan.

Dibutuhkan waktu seminggu untuk warga mengisi tong besar itu dengan madu. Raja berharap madu itu akan terkumpul dan bisa pesta madu sepuas-puasnya.

Salah seorang warga berpikir lain. Ia malas memberikan madu. 

Ia berniat memberikan air putih saja ke dalam tong. Lagipula tak mungkin dilihat prajurit yang menjaga. Akhirnya rakyat ini memasukkan cawan berisi air ke dalam tong.

Ia berpikir kalau hanya dirinya yang kasih air sementara yang lain madu, tidak akan kentara.

Usai seminggu pesta akan diadakan. Semua rakyat kumpul. 

Raja yang akan menuangkan sendiri madu dari tong itu ke dalam kolam yang sudah dipersiapkan.

Begitu raja menumpahkan semua isi tong itu ke dalam wadah yang lebih besar seperti kolam, alangkah terkejutnya raja dan semua rakyat. Isi dalam tong itu bukan madu. Isinya air semua. 

Nenek-Nenek Tidak Masuk Surga

Seorang nenek dengan antusias bertemu Nabi Muhammad saw. Ia kemudian tanya kepada Nabi.

Nenek: Ya Rasulullah, apakah saya kalau takwa dan menjalankan semua perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya, akan masuk surga?

Nabi: Tidak, Nek. Tidak ada nenek-nenek di surga

Nenek itu menangis begitu mendengar jawaban Nabi.

Nenek: Jadi, sia-sia semua amalan saya di dunia ini, Nabi?

Nabi: Tidak sia-sia, Nek. Semua tetap diperhitungkan

Nenek: Kalau begitu, kenapa saya tidak masuk surga ya, Nabi

Nabi: Iya, Nek, di surga memang tidak ada nenek-nenek. Nanti nenek di surga jadi muda lagi. Tidak setua ini. [Adian Saputra]

Foto pinjam dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun