Waktu SMP dulu, usai salat subuh, saya dan beberapa teman cowok sepakat jalan-jalan. Belum ada tempat nongkrong yang pas waktu itu usai subuhan.
Jadinya, kami jalan-jalan saja. Namun, di situlah incarannya.
Banyak anak perempuan sebaya kami yang juga jalan-jalan. Beberapa teman di kelompok lain seingat saya lumayan berani ajak kenalan. Saya and the gank seingat saya tidak ada yang punya mental kenalan.
Paling hanya melirik saja. Setelah itu ya biarlah berlalu.Â
Paling kalau ketemu cewek cakep, kami bincang kecil saja sambil jalan. Namanya juga anak-anak.
Rupanya kala sudah SMA, kami baru tahu itu sering disebut asmara subuh. Sebuah frasa untuk menggambarkan betapa anak muda kala itu suka jalan usai subuhan.
Tujuannya jelas bukan ibadah, melainkan cari kenalan. Siapa tahu jadian, hahahaha.
Tapi kalau saya biasanya lebih sering curi-curi pandang pada salat tarawih. Kalau salat tarawih, peluang untuk melihat gebetan lebih besar. Soalnya ruang lingkupnya hanya di masjid.
Momentum lirikan pertama biasanya datang saat ambil air wudu. Karena letak tempat air wudu dekat pintu jemaah perempuan ibadah, kami bisa lihat siapa saja gebetan yang malam itu tarawihan.
Itu dua kali babnya. Sekali saat mau ambil wudu, yang kedua saat menuju ruang ibadah. Benar-benar niat yang bukan karena Allah swt, astagfirullah.
Momentum kedua biasanya jeda tarawih. Karena di masjid menganut 23 rekaat, pas separuh jalan, ambil wudu lagi. Di situ juga bisa curi-curi pandang.