Waktu saya SMA dua puluhan tahun yang lalu saja, kelas bahasa hanya satu. Itu pun jumlah siswa tak banyak. Tak cukup laki-lakinya kalau mau diajak tanding sepak bola.
Saya menegaskan, pilihan kuliah di Pendidikan Bahasa Prancis harus dilalui dengan tanggung jawab. Maksud saya, selesaikan studi dengan baik.
Kalau soal kerjaan, utamanya adalah bisa bermanfaat kepada masyarakat. Meski demikian, harapan menjadi guru bahasa Prancis tetap dipatrikan.
Saya senang mereka ambil Mata Kuliah Peminatan Jurnalisme ini. Selain mereka punya basis bahasa Inggris dan Prancis yang baik, mata kuliah ini bisa membantu mereka.
Barangkali karena saya praktisi, mereka senang untuk menulis. Ada yang jujur mengatakan sebelumnya tak tahu apa itu jurnalisme. Namun, usai ikut kelas ini, mereka paham bahwa jurnalisme bisa menjadi keterampilan pendukung utama mereka.
Saya menegaskan sekaligus memberikan motivasi. Mereka punya kans menjadi orang yang sukses dalam perihal pekerjaan dan dunia sosial.
Jika ada kans untuk menjadi guru bahasa Prancis, silakan ambil. Namun, jika belum ada, silakan bekerja apa saja asal bermanfaat dan bermartabat.
Saya bilang, ikut mata kuliah ini mereka tak mesti jadi seperti saya, menjadi wartawan atau jurnalis. Mereka bisa bekerja apa saja dengan keterampilan menulis sebagai pendukung utama.
Saya bilang, inilah saatnya mendapat pengetahuan dasar memadai di luar perihal keguruan yang selama ini mereka terima. Walhasil, perkuliahan ini, bagi saya dan dua madame dosen pengasuh itu, sukses.
Setengah tahunan berinteraksi dengan mereka, banyak berita yang mereka bikin. Tentu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Saya menyelipkan narasi berbahasa Prancis dalam tulisan mereka yang tayang di web.
Ada beberapa yang terbilang aktif dan punya inisiatif. Garizah sebagai jurnalisnya sudah terbentuk.