Bahwa kita mengunggah ini adalah wujud tanggung jawab kita dengan pihak lain. Kita ingin menunjukkan kiprah lembaga sudah sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku.
Kita ingin menunjukkan bahwa aku media sosial lembaga filantropi juga bisa dikelola dengan baik. Isinya banyak.Â
Kontennya menggugah. Isinya sangat transparan. Pesan yang ditampilkan juga konteks dengan zaman.Â
Jika akun medsos lembaga filantropi demikian, sedikit banyak menjaga kepercayaan penderma. Donatur juga pasti akan melihat itu dan menilai bahwa lembaga yang ia selama ini percaya memang bisa diandalkan.
Keraguan yang selama ini ada di lembaga filantropi mesti dikikis. Dalam beberapa kali kesempatan saya bilang, jangan menilai kecil sebuah aktivitas.Â
Jangan menilai rendah aktivitas di lembaga. Jangan merasa itu tak punya nilai "berita" untuk dijadikan rilis. Jangan menilai kegiatan itu berulang sehingga tidak ada sisi kebaruan.
Saya bilang, semua aktivitas naikkan ke media sosial. Apa saja itu. Tinggal dikemas saja dengan baik. Ambil sisi kebaruan meski mungkin kegiatan reguler.Â
Cari yang unik dan menarik. Cari testimoni yang dibantu dan jadikan itu konten. Bukan untuk mengemis di daring, melainkan wujud keprofesionalitasan lembaga dalam menjaga kepercayaan mitra.
Bahwa di lembaga itu ada yang memang probono alias sukarela, tentu saja memungkinkan. Mereka biasanya sukarelawan dari kampus yang babnya belajar. Tak ada masalah.Â
Jangan ada anggapan, kegiatan sosial lembaga yang diunggah ke media sosial akan mereduksi keikhlasan. Tidak seperti itu.
Ini babnya bukan pamer. Bukan.Â