Jurnalis memang manusia biasa. Wartawan wajar jika melakukan kesalahan. Mungkin dalam hal teknis masih bisa ditoleransi. Namun, kalau sudah pada sikap, itu yang susah ditoleransi.
Ada tiga hal yang membuat wartawan punya dosa besar yang sulit berampun. Mau tanya apa saja? Kamu nanya? Ini saya beri tahu.
Kesatu, mengarang
Mengarang memang bagus. Mengarang adalah kegiatan kreatif. Namun, kalau yang dikarang ini adalah hal yang tidak ada sama sekali, itu yang runyam.
Seorang repoter di kantor saya yang lama pernah kena maki-maki pemimpin redaksinya. Gara-garanya, si reporter menulis berita yang tidak ada kejadian aslinya. Ia dapat kabar itu dari teman akrabnya. Karena percaya, informasi itu ditulis dan masuk koran.
Pemimpin redaksi ditelepon orang yang protes karena disebut di berita itu. Usut punya usut, wartawan tadi tidak melakukan verifikasi lagi terhadap informasi yang ia dengar. Mengarang berita yang tidak ada kejadiannya adalah sebuah dosa besar.
Ada film judulnya Shattered Glass. Ini film berbasis kisah nyata. Film ini bercerita soal wartawan muda di majalah The New Republic. Nama wartawan ini Stephen Glass. Glass penulis yang produktif. Feature-nya senantiasa ditunggu pembaca karena sangat menarik.
Glass pernah menulis soal pertemuan para peretas dengan judul artikel "Hack Heaven". Artikelnya bagus sekali. Tulisan itu kemudian dibaca editor Forbes Digital. Ia heran ada artikel sebagus ini tapi di media yang ia kelola tidak ada.
Ia kemudian kontak reporternya, kenapa tidak menulis sebagaimana yang ditulis Glass di The New Republic. Si jurnalis ini geleng-geleng. Ia yang biasa menulis soal IT tidak tahu soal ini. Apalagi ada semacam pertemuan para peretas atau hacker.
Karena penasaran, ia menguliti artikel Glass. Semua nama dan tempat yang ditulis Glass di artikel itu, ia cek. Hasilnya, ia sampai pada kesimpulan. Artikel Glass mengada-ada.
Editor Forbes Digital kontak editor The New Republic. Dua pemimpin redaksi kemudian membahas.