Dengan tenang, Ferril menaikkan bola kemudian ia memberikan umpan kepada rekannya melewati tiga kepala pemain lawan. Amboi, cantiknya.
Saya juga melihat bagaimana kiper Eddy Harto menjadi tembok terakhir yang sangat baik pengambilan bolanya. Nyaris setiap kali ada umpan lambung dari sisi kiri dan kanan pertahanan kita, Eddy bisa memetik bola di udara dengan manis.
Fisik pemain memang menjadi kuat sekali. Bayangkan saja, semifinal dan final dilangsungkan 120 menit plus adu penalti. Pasukan Polosin bisa memaksimalkan tenaga mereka demi meraih emas.Â
Cara mainnya pun simpel. Jika ada lawan, tidak memaksakan untuk menggiring, melainkan mengoper kepada rekan. Sepak bola itu simpel kata Johan Cruyff, tapi justru pemain bola sering sulit main bola dengan simpel.
Genjotan fisik pelatih timnas kita sekarang Shin Tae Yong (STY) memang berkelas dan punya dampak baik bagi tim kita. Namun, jika dibandingkan kala mendiang Polosin melatih tim ini tahun 1991, STY masih lebih "toleran".
Polosin tak perlu memulangkan pemain. Pemain sendiri yang pulang karena tidak kuat dengan nmetode latihan ala prajurit Kopassus.Â
Kas Hartadi, salah satu penggawa timnas kala itu sampai bilang, ini main bola apaan, kok lari terus dan naik bukit segala.
Selamat berjuang timnas kita. Semoga tahun ini juara. Andai shadow footbal belum bisa diterapkan, setidaknya fisik pemain makin digenjot supaya tahan banting di lapangan sampai bulir keringat yang paling akhir. Salam hangat dari Bandar Lampung, Jumat, 6 Januari 2023. [Adian Saputra]
Gambar dari SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H