Bisa dikatakan, kapal sedang limbung, kapten. Saya langsung bikin simpulan usai dipaparkan kondisi perusahaan. Saya bilang, gaji saya setop saja. Tapi saya minta dua syarat.Â
Pertama, persentase saham saya yang semula 2,5 persen tolong dijadikan 10 persen. Kedua, saya minta pencarian pendapatan untuk kawasan pesisir Lampung biar saya yang urus. Urusan kantor redaksi juga biar saya yang pegang. Semua oke.
Kapal yang limbung agak enakan. Tinggal saya sekarang yang mesti putar otak cari duit sendiri. Urusan yang kebanyakan keredaksian, kini bertambah dengan manajemen usaha. Intinya pintar-pintar cari uang sendiri. Poin ini baru buat saya yang belasan tahun tahunya cuma urus keredaksian.
Tentu apa yang dialami ini kasuistis. Tidak mesti sama dan pas dengan pengalaman saya. Yang saya lakukan itu bisa dibilang cukup berani. Tapi pola pikir bahwa kita hendak mengambil risiko itu sudah benar. Benar dalam artian jiwa kita siap. Sebab, sejatinya, mereka yang punya saham itu mesti punya manajemen risiko yang relatif baik.
Jika elemen karyawan punya saham, saat kantor susah, misalnya kala pandemi, sikap karyawan tentu tidak semata-mata bahwa mereka karyawan saja. Namun, mereka juga punya hak dalam berpendapat. Balik lagi ke poin soal ide.Â
Di dalam situasi ini, banyak pihak yang berusaha mempertahankan periuk nasi ini supaya tidak bubar. Percayalah, dalam situasi itu, kesamaan pikiran setidaknya sudah sebagian dari solusi keluar dari permasalahan.
Keempat, akselerasi ekspansi
Adanya saham di perusahaan membuat elemen karyawan juga mau apa yang diprogramkan bisa segera dieksekusi. Tidak perlu waktu yang lama. Kadang di banyak kantor ada ide dan gagasan yang tidak cepat dieksekusi karena bergantung pada si pemilik. Namun, dengan skema pembagian saham ini, karyawan bisa memberikan tekanan bahwa apa yang sudah diprogramkan sesegera mungkin dijalankan. Namanya juga persaingan usaha. Selisih sedikit saja waktu, untung tak dapat diraih.
Akselerasi program kantor diyakini lebih mudah berjalan jika elemen karyawan juga memiliki saham. Adanya rasa kepemilikan di poin pertama tadi membuat greget kantor memang beda. Situasi semacam ini bagus sekali dalam membangun suasana kerja dan meningkatkan kinerja.
Nah, bagaimana, buat kita yang karyawan, siap minta saham? Atau buat kita yang pemilik usaha, siap berbagi saham? Semoga bermanfaat. Salam hangat dari Bandar Lampung. [Adian Saputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H