Universitas Teknokrat Indonesia, salah satu PTS di kota saya, Bandar Lampung. Web yang saya kelola memang punya kerja sama pemberitaan dengan kampus ini. Ada wisuda yang minta diliput. Kemarin sih sudah, hari ini yang kedua untuk periode akhir tahun.
Hari ini saya ke kampusAcara dimulai layaknya wisuda di kampus lain. Yang menarik wisuda kali ini pas dengan Hari Ibu, 22 Desember. Acara sudah mendekati akhir. Ada janji alumni yang diucapkan semua wisudawan dan wisudawati yang hadir.
Usai itu, pembawa acara tidak naik lagi ke panggung. Peserta wisuda asyik dengan kegiatan masing-masing. Para orangtua juga masih belum beranjak.
Tiba-tiba ada suara merdu yang mengalun. Baitnya adalah lagu "Ibu" ciptaan Iwan Fals. Tapi yang menyanyi tak kelihatan di mana. Orang-orang menengok ke arah balkon atas. Siapa tahu kejutan penyanyi muncul dari sana. Tapi tidak ada. Semua celingak-celinguk untuk mencari siapa yang punya suara indah itu.
"Ribuan kilo jalan yang kau tempuh/Lewati rintang untuk aku, anakmu/Ibuku sayang, masih terus berjalan/Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah/Seperti udara...."
Begitu masuk frasa "seperti udara" yang punya suara emas muncul dari kursi depan deretan wisudawan. Nama perempuan manis itu Anin. Lengkapnya Leyla Purwa Aninditya. Ia wisudawati dari program studi Sastra Inggris.
Anin khusyuk menyanyikan lagu itu. Para hadirin juga ikut menyanyi karena memang liriknya rupanya banyak dihafal. Anin awalnya mematung di tengah. Ia kemudian berjalan pelan ke arah kiri panggung. Langkahnya makin cepat menuju kursi orangtua.
Fotografer yang bertugas khusus hari itu gerak cepat. Ia ikuti ke mana Anin berjalan. Beberapa panitia juga mulai menghidupkan kamera ponsel. Anin menuju tempat duduk ibunda tercinta, Lelly Supriyati. Anin menahan tangis dan memeluk ibunya. Suara musik masih mengalun.
Beberapa wisudawan larut dengan situasi itu. Banyak di antaranya menangis. Beberapa mahasiswi berangkulan. Haru melihatnya.
Anin melepas pelukan kepada ibunya. Ia kembali melanjutkan nyanyiannya yang sempat terhenti.
Seperti udara/Kasih yang engkau berikan/Tak mampu ku membalas/Ibu//Ingin kudekap/Dan menangis di pangkuanmu/Sampai aku tertidur/Bagai masa kecil dulu//Lalu doa-doa/Baluri sekujur tubuhku/Dengan apa membalas Ibu/Ibu///